UMKMJATIM.COM – Teori agenda setting adalah salah satu teori yang sangat penting bagi praktisi hubungan masyarakat (humas) untuk dipahami dan diterapkan dalam pekerjaannya. Dalam artikel ini, kita akan membahas mengapa teori agenda setting penting, serta bagaimana teori ini dapat dimanfaatkan oleh humas dalam praktiknya, khususnya di Indonesia.
Apa Itu Teori Agenda Setting?
Teori agenda setting adalah teori yang menjelaskan bagaimana media dapat mempengaruhi topik atau isu yang dianggap penting oleh publik. Intinya, teori ini menunjukkan bahwa media tidak hanya memberitakan suatu peristiwa, tetapi juga dapat menentukan apa yang menjadi perhatian utama masyarakat.
Menurut teori ini, media memiliki kekuatan untuk memengaruhi apa yang kita pikirkan dan perhatikan. Dalam hal ini, media bukan hanya sekadar menyampaikan informasi, tetapi juga menetapkan agenda publik—yaitu isu atau topik yang harus diperhatikan oleh masyarakat. Dalam konteks humas, ini berarti bahwa humas harus memahami bagaimana media bekerja dan bagaimana isu tertentu dapat dibentuk dan dibahas oleh media.
Mengapa Teori Agenda Setting Penting untuk Humas?
Teori agenda setting menjadi sangat relevan bagi praktisi humas karena memberikan panduan tentang bagaimana mereka dapat memanfaatkan media untuk membangun citra positif dan mengarahkan perhatian publik pada isu yang penting bagi organisasi atau perusahaan yang mereka wakili.
1. Mengarahkan Fokus Publik
Sebagai praktisi humas, Anda perlu memahami bahwa media memiliki peran besar dalam mengarahkan perhatian publik. Jika Anda ingin masyarakat memperhatikan isu tertentu, Anda perlu bekerja sama dengan media untuk menyoroti isu tersebut. Ini dapat membantu membentuk persepsi publik tentang organisasi atau perusahaan yang Anda kelola.
Contoh:
Jika perusahaan Anda menghadapi krisis reputasi, humas bisa bekerja dengan media untuk membentuk agenda publik yang lebih fokus pada upaya perusahaan dalam menyelesaikan masalah atau memberikan solusi, bukan pada masalah itu sendiri.
2. Menentukan Isu yang Relevan
Dengan memahami teori agenda setting, humas dapat menentukan isu yang relevan dan layak untuk dibahas di media. Ini memungkinkan praktisi humas untuk memilih topik yang sesuai dengan tujuan komunikasi organisasi, baik itu meningkatkan kesadaran, membangun citra positif, atau menyelesaikan masalah tertentu.
Contoh:
Dalam kampanye pelestarian lingkungan, humas bisa bekerja dengan media untuk mengangkat isu-isu seperti daur ulang, pengurangan sampah plastik, dan penggunaan energi terbarukan. Dengan demikian, humas dapat mempengaruhi agenda publik untuk lebih peduli terhadap isu-isu tersebut.
3. Menggunakan Media sebagai Alat Pengaruh
Media, baik itu media massa, sosial, atau digital, memiliki peran besar dalam membentuk opini publik. Humas dapat memanfaatkan teori agenda setting untuk lebih efektif dalam memanfaatkan media sebagai alat pengaruh untuk mencapai tujuan komunikasi organisasi. Hal ini membantu humas untuk memperkenalkan topik-topik yang penting dengan cara yang dapat menarik perhatian audiens yang lebih luas.
Contoh:
Jika perusahaan ingin mempromosikan produk baru, humas dapat bekerja sama dengan media untuk menyoroti fitur-fitur produk tersebut, dan menciptakan buzz atau kegembiraan di kalangan publik, sehingga topik ini menjadi pusat perhatian.
4. Menjaga Relevansi Isu dalam Waktu yang Panjang
Dalam dunia yang penuh dengan berita dan informasi yang terus berkembang, sebuah isu bisa dengan cepat kehilangan perhatian publik. Dengan memahami teori agenda setting, humas dapat merencanakan strategi komunikasi yang menjaga relevansi isu tersebut dalam jangka panjang, menghindari isu tersebut tenggelam dalam derasnya aliran informasi.
Contoh:
Misalnya, sebuah kampanye kesadaran kesehatan yang dilakukan oleh organisasi kesehatan. Humas dapat merancang strategi untuk memastikan isu ini tetap menjadi bagian dari agenda publik dengan memperbarui informasi secara rutin, menyelenggarakan acara, atau melibatkan tokoh masyarakat untuk terus menyoroti isu tersebut.
Contoh Penggunaan Teori Agenda Setting dalam Praktik Humas di Indonesia
Di Indonesia, penggunaan teori agenda setting oleh praktisi humas sudah cukup banyak terlihat dalam berbagai sektor, terutama dalam hal membangun citra positif dan membentuk opini publik. Berikut adalah beberapa contoh penggunaan teori ini dalam praktik humas di Indonesia.
1. Kampanye Sosial oleh Pemerintah
Pemerintah Indonesia sering memanfaatkan teori agenda setting dalam kampanye sosial yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang isu-isu penting. Salah satu contohnya adalah kampanye #Germas (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat). Dalam kampanye ini, pemerintah bekerjasama dengan media untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan melalui pola makan yang baik, olahraga, dan cek kesehatan secara berkala. Media memainkan peran besar dalam menetapkan agenda masyarakat agar fokus pada kesehatan.
2. Penanganan Krisis oleh Perusahaan
Dalam dunia bisnis, perusahaan-perusahaan besar di Indonesia sering menggunakan teori agenda setting untuk mengatasi krisis reputasi. Sebagai contoh, ketika sebuah perusahaan mengalami masalah dengan produk yang gagal, humas dapat bekerja dengan media untuk mengalihkan perhatian publik dengan menyoroti upaya perusahaan dalam memperbaiki produk tersebut, serta komitmen mereka terhadap kualitas dan keselamatan konsumen.
3. Kampanye Lingkungan Hidup
Beberapa organisasi non-pemerintah (NGO) di Indonesia juga telah sukses memanfaatkan teori agenda setting untuk mempengaruhi agenda publik mengenai isu-isu lingkungan. Misalnya, kampanye tentang pentingnya mengurangi penggunaan plastik sekali pakai yang dipromosikan oleh organisasi seperti Greenpeace dan Waste4Change. Melalui kerja sama dengan media, mereka berhasil membentuk opini publik agar lebih peduli terhadap masalah sampah plastik dan beralih ke solusi ramah lingkungan.
Kesimpulan
Teori agenda setting sangat penting bagi praktisi humas karena memberikan wawasan tentang bagaimana media dapat mempengaruhi apa yang dianggap penting oleh publik. Dengan memahami teori ini, humas dapat memanfaatkan media untuk membentuk perhatian publik, mengarahkan fokus pada isu yang relevan, dan menjaga relevansi isu tersebut dalam jangka panjang. Penggunaan teori ini dalam praktik humas di Indonesia juga terlihat dalam berbagai kampanye sosial, penanganan krisis, dan isu lingkungan yang mendapatkan perhatian besar dari media dan masyarakat.