UMKMJATIM.COM – Gedung Serbaguna Bojonegoro menjadi saksi semaraknya Pekan Seni Kerakyatan, yang berlangsung sejak Jumat (6/12/2024) hingga Selasa (10/12/2024). Pameran ini menghadirkan berbagai karya seni, mulai dari lukisan, patung, bonsai, hingga batu suiseki, serta puluhan UMKM yang ikut meramaikan suasana.
Acara yang digagas oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) ini bertujuan memperkenalkan potensi seni dan kekayaan lokal daerah. Salah satu daya tarik utama adalah pameran bonsai yang menggambarkan keindahan seni melalui kesabaran dan dedikasi para seniman.
Seni Bonsai: Keindahan yang Dibentuk dengan Kesabaran
Dodi, anggota komunitas Pecinta Bonsai Bojonegoro, mengungkapkan bahwa ia membawa ratusan pohon bonsai dengan beragam usia untuk dipamerkan. Dengan pengalaman puluhan tahun di dunia bonsai, Dodi juga memberikan edukasi kepada pengunjung.
“Ini ada bonsai perwakilan dari beberapa kecamatan di Kabupaten Bojonegoro. Seni bonsai ini seni yang perlu kesabaran. Karena membuat bonsai perlu waktu hingga puluhan tahun agar menjadi bonsai yang bernilai,” ujarnya.
Dalam pameran ini, bonsai yang dipamerkan memiliki variasi usia, mulai dari yang baru berusia beberapa bulan hingga bonsai tua berusia 40 tahun. Harga yang ditawarkan pun beragam, mulai dari Rp15 ribu hingga puluhan juta rupiah.
“Intinya jangan telat siram. Kalau yang kecil cukup di-spray penyiramannya. Rerata pohon itu bisa dibonsai seperti Serut, Sansa, Iprik, Sakuran, Asam. Ribuan jenis pohon bisa dibonsai,” tambahnya.
Suiseki: Keindahan Batu yang Dibentuk Alam
Tak kalah menarik, pameran seni suiseki juga menjadi daya tarik utama. Seni estetika tradisional Jepang ini menampilkan keindahan batu yang sepenuhnya dibentuk oleh alam selama ratusan hingga ribuan tahun.
“Suiseki ini batu yang dibentuk oleh alam ratusan hingga ribuan tahun. Tidak ada rekayasa manusia sama sekali. Untuk saat ini masih tidak dijual dan di rumah ada sekitar setengah ton,” jelas Wahyu Subakdiono, kolektor suiseki asal Kecamatan Kota, yang juga Ketua Bojonegoro Kampung Pesilat (BKP).
Wahyu membawa batu suiseki dari berbagai daerah, termasuk dari Lubuk Linggau, Palembang, dan mayoritas dari Sumatera. Beberapa batu lokal dari Desa Jari, Kecamatan Gondang, juga turut dipamerkan.
“Dari lokal Bojonegoro juga kami bawa. Khususnya dari Desa Jari, Kecamatan Gondang. Kalau masing-masing berat batunya ini bisa sampai 50 kilogram,” tambah Wahyu.
Menggali Potensi Lokal
Pekan Seni Kerakyatan ini menjadi bukti nyata upaya Bojonegoro dalam mempromosikan seni dan budaya lokal. Tidak hanya sekadar pameran, acara ini juga menjadi sarana edukasi dan apresiasi terhadap seni bonsai, suiseki, dan berbagai produk UMKM.
Pengunjung yang hadir tidak hanya menikmati keindahan seni, tetapi juga mendapatkan wawasan mendalam tentang proses kreatif di balik setiap karya. Dengan semangat kolaborasi antara komunitas seni dan pemerintah daerah, Pekan Seni Kerakyatan menjadi ajang yang membawa kebanggaan bagi masyarakat Bojonegoro.