UMKMJATIM.COM – Harga cabai rawit di Pasar Induk Pare, Kabupaten Kediri, terus merangkak naik hingga mencapai Rp70.000 per kilogram.
Kenaikan harga ini tercatat dalam rilis harga aneka cabai oleh Asosiasi Petani Cabai Indonesia (APCI) Kabupaten Kediri pada Sabtu (22/2/2025).
Kenaikan ini diduga dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk pasokan dan permintaan pasar yang fluktuatif.
Beberapa varietas cabai rawit merah (CRM) mengalami peningkatan harga yang cukup signifikan.
Varietas Ori 212 dan Brengos 99 sama-sama mengalami kenaikan sebesar Rp3.000, dari sebelumnya Rp67.000 menjadi Rp70.000 per kilogram.
Varietas Asmoro 043 juga naik sebesar Rp2.000, dari Rp66.000 menjadi Rp68.000 per kilogram.
Tidak hanya itu, cabai rawit lokal Kediri turut mengalami kenaikan yang sama dengan harga mencapai Rp68.000 per kilogram.
Sementara itu, cabai Bhaskara yang sebelumnya berada di harga Rp60.000 per kilogram kini naik menjadi Rp62.000 per kilogram.
Suyono, Ketua APCI Kabupaten Kediri, menjelaskan bahwa harga cabai di pasar induk masih menunjukkan fluktuasi yang tinggi.
Menurutnya, kenaikan harga kali ini dipengaruhi oleh kondisi pasar induk dan meningkatnya penyerapan cabai oleh konsumen.
Ia menambahkan bahwa pasokan cabai ke pasar induk tetap dipertahankan, namun permintaan yang bertambah membuat harga mengalami penyesuaian.
Selain cabai rawit, harga cabai jenis lain juga turut diperbarui.
Cabai merah besar (CMB) varietas Gada MK dijual dengan harga Rp37.000 per kilogram, sedangkan varietas Imola berada di angka Rp35.000 per kilogram.
Sementara itu, cabai merah keriting (CMK) varietas Boos Tavi dipasarkan dengan harga Rp33.000 per kilogram dan varietas Sibad dijual seharga Rp31.000 per kilogram.
Tidak hanya soal harga, distribusi cabai dari Kediri ke berbagai daerah juga mengalami peningkatan.
Untuk pengiriman ke wilayah Jabodetabek, tercatat sebanyak 3 ton cabai merah besar, 4 ton cabai merah keriting, dan 9 ton cabai rawit telah dikirim.
Sementara untuk kebutuhan industri, serapan cabai merah besar mencapai 8 ton, sedangkan cabai rawit terserap hingga 9 ton.
Pengiriman cabai rawit ke Kalimantan juga mencapai angka 3 ton.
Dari sisi pasokan, cabai rawit merah sebagian besar berasal dari daerah Kediri dan Blitar, dengan total pasokan mencapai 32 ton.
Pasokan cabai merah besar didatangkan dari Kediri, Jombang, dan Tuban, dengan jumlah sekitar 14 ton.
Sementara untuk cabai merah keriting, pasokan berasal dari wilayah Kediri, Nganjuk, dan Blitar, dengan total mencapai 6 ton.
Kondisi cuaca yang tidak menentu diduga menjadi salah satu faktor yang memengaruhi produksi cabai di tingkat petani.
Curah hujan yang tinggi dan kondisi tanah yang lembab dapat memengaruhi kualitas dan kuantitas hasil panen cabai.
Selain itu, serangan hama dan penyakit tanaman juga menjadi tantangan tersendiri bagi para petani cabai di Kediri dan sekitarnya.
Para pedagang di Pasar Induk Pare berharap agar pasokan cabai dari petani lokal tetap stabil sehingga harga di pasaran tidak terus melonjak.
Meskipun permintaan meningkat, terutama menjelang bulan Ramadan dan musim liburan, kestabilan harga tetap menjadi prioritas agar daya beli masyarakat tidak terganggu.
Sementara itu, konsumen berharap pemerintah dapat mengambil langkah-langkah untuk menstabilkan harga cabai, termasuk memastikan kelancaran distribusi dari daerah penghasil ke pasar-pasar utama.
Langkah ini dinilai penting untuk menghindari lonjakan harga yang terlalu tinggi dan menjaga kestabilan ekonomi masyarakat, terutama di kalangan menengah ke bawah.
Secara keseluruhan, kondisi harga cabai di Pasar Induk Pare mencerminkan dinamika pasar yang dipengaruhi oleh banyak faktor.
Meskipun kenaikan harga memberikan keuntungan lebih bagi petani, konsumen tetap berharap agar harga kebutuhan pokok, termasuk cabai, tetap terjangkau.
Kolaborasi antara pemerintah, petani, dan pedagang diharapkan dapat menciptakan keseimbangan antara keuntungan ekonomi dan keterjangkauan harga di pasaran.***