UMKMJATIM.COM – Berwirausaha memerlukan ketekunan serta inovasi yang terus-menerus.
Hal ini dibuktikan oleh Budi Mariani, pemilik usaha Pia Aras, yang memulai bisnisnya di Semarang dan kini tengah mengembangkan pasarnya di Malang.
Dengan pengalaman lebih dari lima tahun di dunia kuliner, Budi Mariani, yang akrab disapa Bu Budi, terus berupaya memperkenalkan produknya kepada masyarakat yang lebih luas.
Bu Budi mengisahkan bahwa usaha Pia Aras berawal ketika dirinya mengikuti kegiatan di Persit, sebuah organisasi yang diikuti oleh istri anggota TNI.
Dari kegiatan tersebut, ia mendapatkan ilmu tentang pembuatan kue pia. Berbekal pengetahuan itu, Bu Budi mencoba membuat sendiri di rumah dan membagikannya kepada orang-orang di sekitarnya.
Ternyata, hasil karyanya disukai banyak orang, sehingga ia mulai serius menekuni bisnis tersebut.
Setelah suaminya pensiun dan mereka memutuskan untuk menetap di Malang, Bu Budi pun membawa Pia Aras ke kota baru ini.
Namun, kepindahan tersebut bukan tanpa tantangan. Ia harus memulai kembali dari nol, terutama dalam hal membangun jaringan pasar yang belum dikenalinya.
Berbeda dengan di Semarang, di mana ia sudah memiliki banyak pelanggan tetap, di Malang ia harus mencari pasar baru dari awal.
Untuk memperkenalkan Pia Aras di Malang, Bu Budi melakukan berbagai strategi. Ia mulai menitipkan produknya di toko-toko oleh-oleh yang banyak dikunjungi wisatawan.
Selain itu, ia juga aktif mencari komunitas UMKM di Malang sebagai upaya memperluas jaringan dan memperkenalkan produknya kepada masyarakat setempat.
Bu Budi menyadari bahwa membangun pasar di kota baru membutuhkan waktu dan kesabaran, namun ia tetap optimis bisnisnya dapat berkembang di Malang.
Pia Aras buatan Bu Budi memiliki keunikan yang membedakannya dari pia pada umumnya. Teksturnya lebih renyah dengan isian yang lembut dan kaya rasa.
Keunggulan lain yang ditawarkan adalah Pia Aras dibuat tanpa menggunakan bahan pengawet, sehingga lebih sehat untuk dikonsumsi.
Meski tanpa pengawet, Pia Aras dapat bertahan hingga satu setengah bulan jika disimpan pada suhu ruangan yang tepat.
Namun, jika terkena sinar matahari langsung, daya tahannya bisa berkurang.
Bu Budi menjelaskan bahwa ia sangat memperhatikan kualitas bahan yang digunakan dalam pembuatan Pia Aras.
Menurutnya, penggunaan bahan berkualitas dan tanpa pengawet menjadi salah satu kunci kelezatan produknya.
Ia berharap, konsistensi dalam menjaga kualitas ini dapat membuat Pia Aras semakin dikenal dan diminati oleh masyarakat Malang maupun wisatawan yang berkunjung.
Saat ini, produksi Pia Aras masih dilakukan secara manual dengan bantuan suaminya. Dalam sehari, Bu Budi mampu memproduksi 40 hingga 50 bungkus pia, tergantung pada jumlah pesanan yang datang.
Meski produksinya masih terbatas, Bu Budi optimis bahwa bisnisnya dapat berkembang lebih besar dengan pemasaran yang lebih luas.
Selain fokus pada kualitas produk, Bu Budi juga aktif mengikuti berbagai komunitas UMKM untuk memperluas jaringan pasar dan memperoleh wawasan baru dalam berbisnis.
Ia berharap pemerintah dapat memberikan dukungan yang lebih besar dalam membantu memasarkan produk-produk lokal seperti Pia Aras.
Salah satu harapan Bu Budi adalah agar instansi pemerintah lebih sering menggunakan produk UMKM dalam berbagai acara resmi.
Menurutnya, langkah ini akan sangat membantu meningkatkan eksposur dan penjualan produk lokal.
Dengan semangat dan kerja keras yang tiada henti, Pia Aras perlahan mulai dikenal di Malang dan mulai menjangkau pasar yang lebih luas.
Bu Budi berharap suatu hari nanti Pia Aras dapat menjadi salah satu ikon oleh-oleh khas Malang yang dicari oleh wisatawan.
Ia yakin, dengan ketekunan dan inovasi yang terus dilakukan, impian tersebut dapat terwujud.
Perjuangan Bu Budi dalam membangun kembali bisnis di kota baru menunjukkan betapa pentingnya ketekunan dan kreativitas dalam berwirausaha.
Ia tidak hanya berusaha memperkenalkan produknya, tetapi juga aktif mencari peluang dan terus belajar untuk meningkatkan usahanya.
Perjalanan Bu Budi dalam mengembangkan Pia Aras menjadi inspirasi bahwa kesuksesan dalam berbisnis tidak datang secara instan, melainkan melalui proses panjang yang penuh tantangan dan kerja keras.***