UMKMJATIM.COM – Di tengah tantangan perubahan iklim dan musim tanam yang semakin tidak menentu, petani mulai melirik alternatif tanaman yang lebih adaptif terhadap cuaca ekstrem dan minim perawatan.
Salah satu jenis tanaman yang kini mulai menarik perhatian masyarakat adalah koro pedang.
Di Bluto, Kabupaten Sumenep, seorang petani berusia 63 tahun bernama Masdafir telah membuktikan potensi luar biasa dari tanaman ini.
Koro pedang belakangan ini memang hampir tidak pernah menjadi pilihan utama para petani untuk dibudidayakan.
Namun, bagi Masdafir, tanaman ini justru menawarkan solusi nyata dalam mengatasi masa jeda tanam serta kekeringan berkepanjangan.
Tanaman ini dikenal tidak membutuhkan banyak air, cepat tumbuh, dan bahkan memiliki peran penting dalam memulihkan kesuburan tanah.
Dalam kondisi di mana tanaman utama seperti padi atau jagung tidak dapat ditanam karena faktor cuaca atau kondisi tanah, koro pedang justru mampu tumbuh subur.
Hal ini menjadikannya tanaman pengisi lahan yang efektif.
Tidak hanya berfungsi sebagai cadangan, koro pedang juga memiliki kemampuan untuk memperbaiki kualitas tanah berkat kemampuannya dalam mengikat nitrogen dari udara ke dalam tanah.
Dengan kata lain, koro pedang tidak hanya memberikan hasil panen saat tanaman pokok sulit ditanam, tetapi juga mempersiapkan lahan untuk musim tanam berikutnya.
Bagi petani seperti Masdafir, tanaman ini bukan sekadar alternatif, melainkan strategi berkelanjutan dalam menjaga produktivitas pertanian sepanjang tahun.
Salah satu keunggulan utama dari koro pedang adalah daya tahannya terhadap kondisi minim air.
Di tengah ancaman kekeringan yang makin sering melanda wilayah pertanian, tanaman ini bisa menjadi penyelamat karena tidak membutuhkan irigasi intensif.
Selain itu, perawatannya pun relatif mudah, tidak memerlukan perlakuan khusus seperti pestisida atau pupuk kimia dalam jumlah besar.
Hal ini tentu menjadi nilai tambah bagi petani kecil yang selama ini terbebani biaya perawatan tanaman.
Dengan menanam koro pedang, setidaknya mereka bisa menghemat pengeluaran tanpa mengorbankan hasil panen.
Koro pedang termasuk dalam jenis tanaman legum yang memiliki kemampuan spesial dalam meningkatkan kesuburan tanah secara alami.
Melalui proses fiksasi nitrogen, tanaman ini membantu menambah unsur hara di dalam tanah, khususnya nitrogen yang sangat dibutuhkan oleh tanaman pokok seperti padi dan jagung.
Di lahan-lahan yang sebelumnya mengalami kelelahan akibat intensitas tanam yang tinggi, kehadiran koro pedang menjadi penyegar sekaligus pemulih.
Ketika musim tanam utama tiba, tanah yang sebelumnya ditanami koro pedang sudah dalam kondisi siap untuk ditanami kembali, bahkan dengan hasil yang lebih optimal.
Dalam aplikasinya, proses tanam koro pedang setidaknya memberikan fleksibilitas tinggi kepada petani.
Mereka tidak lagi bergantung sepenuhnya pada tanaman utama. Ketika kondisi tidak mendukung, petani tetap bisa mendapatkan penghasilan dari tanaman ini.
Bukan hanya menghasilkan polong yang bisa dijual ataupun dimakan, koro pedang juga memiliki peran penting dalam diversifikasi tanaman yang bisa mengurangi risiko gagal panen.
Di tengah krisis iklim, fleksibilitas adalah kunci. Tanaman seperti koro pedang mampu memberikan napas panjang bagi pertanian yang selama ini sangat bergantung pada musim hujan.
Dulu, koro pedang mungkin hanya dipandang sebagai tanaman sampingan, ditanam di lahan tak terpakai atau sebagai tanaman penutup tanah.
Namun, dalam situasi iklim yang semakin tidak bisa diprediksi, perannya menjadi semakin strategis.
Kini, ia dianggap sebagai aktor penting dalam menjaga keberlangsungan pertanian dan keberlanjutan lahan.
Di beberapa wilayah lain, petani juga mulai menanam koro pedang sebagai bagian dari sistem pertanian terpadu.
Pemerintah daerah dan penyuluh pertanian pun mulai mendorong penggunaan tanaman ini sebagai solusi menghadapi degradasi tanah dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
Dengan manfaat besar dari tanaman ini, koro pedang memiliki potensi untuk menjadi bagian dari arah baru pertanian berkelanjutan di Indonesia.
Dengan biaya produksi rendah, manfaat ekologis tinggi, serta adaptasi yang luas terhadap kondisi lingkungan, koro pedang layak untuk dikembangkan lebih luas, terutama di daerah-daerah dengan curah hujan minim atau lahan marginal.
Masdafir, petani yang telah lebih dulu mencobanya, menjadi contoh nyata bagaimana inovasi sederhana dapat memberikan dampak besar.
Ia tidak hanya berhasil mengisi kekosongan musim tanam, tetapi juga menjadi pelopor dalam menjaga kesuburan tanah dan ketahanan pangan lokal.***