UMKMJATIM.COM – Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, menunjukkan komitmen serius dalam mendorong pengembangan pertanian padi organik sebagai bagian dari strategi meningkatkan kesejahteraan petani dan pelestarian lingkungan.
Langkah awal yang ditempuh adalah menerapkan kebijakan konsumsi beras organik di lingkungan internal pemerintahan, khususnya di Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP).
Setyo Wahono, Bupati Bojonegoro, menyebutkan bahwa seluruh pegawai DKPP kini diwajibkan mengonsumsi beras organik sebagai bagian dari menu keluarga sehari-hari.
Menurutnya, inisiatif ini bukan sekadar simbolik, melainkan bentuk nyata dukungan pemerintah terhadap pertanian berkelanjutan.
Pernyataan tersebut disampaikan Wahono saat menghadiri kegiatan panen raya padi organik di Desa Sukowati.
Pertanian Organik sebagai Solusi Pertanian Berkelanjutan
Bupati Wahono menyebutkan bahwa pertanian organik memiliki berbagai manfaat, baik dari sisi ekonomi maupun lingkungan.
Salah satu keunggulan utama sistem pertanian ini adalah kemampuannya dalam memperbaiki kualitas tanah.
Dengan menggunakan pupuk alami, ekosistem tanah dapat dipulihkan, kesuburan tanah meningkat, serta keanekaragaman hayati di area pertanian bisa dipertahankan.
Ia mencontohkan keberhasilan pengembangan pertanian organik di Desa Sambiroto yang difasilitasi melalui Program Pengembangan Masyarakat (PPM) Integrated Farming System yang dibina oleh PT Pertamina EP Sukowati Field.
Menurut Wahono, dukungan dari berbagai pihak, termasuk sektor swasta, menjadi elemen penting dalam memperluas praktik pertanian ramah lingkungan di daerah tersebut.
Jenis Tanah Bojonegoro Cocok untuk Pertanian Organik
Tanah di Bojonegoro, yang sebagian besar terdiri dari jenis gromosol atau vertisol, sebenarnya sangat subur.
Namun, kondisi tanah tersebut memerlukan perlakuan khusus agar potensi maksimalnya dapat dimanfaatkan.
Dengan penggunaan pupuk organik dan teknik pengolahan lahan yang tepat, produktivitas pertanian di wilayah ini diyakini bisa meningkat secara signifikan.
Langkah peralihan ke pertanian organik juga berdampak langsung terhadap hasil panen.
Dalam panen raya yang dilakukan baru-baru ini, produksi padi organik di Bojonegoro tercatat mencapai 6,5 ton per hektare.
Angka ini jauh di atas rata-rata hasil panen padi konvensional di wilayah tersebut yang hanya berkisar 5,8 ton per hektare.
Efisiensi Biaya Produksi dan Nilai Ekonomi yang Lebih Tinggi
Bukan hanya meningkatkan hasil panen, sistem pertanian organik juga terbukti bisa menekan pembengkakkan biaya produksi.
Wahono mengungkapkan bahwa petani dapat menghemat hingga Rp2,5 juta per hektare jika menggunakan sistem ini dibandingkan pertanian konvensional.
Efisiensi tersebut berasal dari penggunaan bahan alami yang lebih murah dan tersedia secara lokal.
Keuntungan tidak hanya berhenti pada sisi efisiensi.
Harga jual beras organik di pasaran, menurut Wahono, bisa mencapai Rp19.000 hingga Rp20.000 per kilogram.
Bukan hanya itu, di pasar modern dan pasar ekspor, harganya bisa jauh lebih tinggi lagi.
Ini tentu menjadi angin segar bagi para petani yang selama ini bergantung pada sistem pertanian konvensional dengan harga jual yang lebih rendah.
Wahono juga menyebutkan bahwa petani akan memperoleh keuntungan lebih besar jika menanam varietas khusus padi organik seperti mentik susu, mentik wangi, pandan wangi, dan rojo lele.
Jenis ini memiliki nilai jual lumayan tinggi karena memiliki cita rasa dan juga aroma khas yang sangat diminati oleh konsumen.
Harapan untuk Masa Depan Petani Bojonegoro
Keberhasilan program padi organik ini turut dirasakan oleh masyarakat Desa Sambiroto.
Kepala Desa setempat, Gunawan, menyampaikan rasa syukurnya atas hasil panen yang menggembirakan.
Ia berharap, dengan dukungan pemerintah dan harga jual padi organik yang menguntungkan, masyarakat di desanya semakin sejahtera.
Gunawan juga menyoroti pentingnya keberlanjutan program ini, termasuk memastikan ketersediaan pupuk organik dan akses pelatihan bagi petani.
Ia optimistis pertanian organik dapat menjadi andalan baru bagi petani lokal, terutama dalam menghadapi tantangan krisis iklim dan fluktuasi harga pangan.
Pengembangan pertanian organik di Bojonegoro tidak hanya menjadi alternatif sistem pertanian yang ramah lingkungan, tetapi juga membawa manfaat nyata bagi petani dari sisi ekonomi.
Dukungan pemerintah, sinergi dengan pihak swasta, serta kebijakan konsumsi beras organik oleh aparatur sipil negara menjadi bagian integral dari strategi transformasi pertanian yang berkelanjutan.
Dengan produktivitas yang tinggi, biaya produksi yang jauh lebih rendah, serta harga jual yang lebih kompetitif, pertanian organik berpotensi menjadi motor penggerak kesejahteraan petani di Bojonegoro.
Upaya ini patut menjadi contoh bagi daerah lain dalam mengembangkan sistem pertanian yang berorientasi pada keberlanjutan dan keadilan ekonomi bagi petani.***