UMKMJATIM.COM – Salah satu jenis kopi yang kini mulai dikenal banyak orang adalah jenis kopi liberika, yang memiliki potensi besar sebagai komoditas unggulan baru di kawasan Wonosalam, Kabupaten Jombang.
Jika sebelumnya petani di wilayah ini lebih akrab dengan jenis arabika, robusta, atau excelsa, maka dalam dua tahun terakhir, liberika mulai mendapatkan perhatian serius, baik dari sisi budidaya maupun konsumsi.
Salah satu petani yang turut membudidayakan kopi liberika adalah Sampiyo, warga Dusun Sumber, Desa Wonosalam.
Ia mengisahkan bahwa awalnya hanya memiliki satu pohon kopi jenis ini.
Namun, setelah mencermati kualitas rasa dan respons pasar, ia memutuskan untuk memperbanyak tanaman tersebut melalui metode sambung.
Sampiyo bisa menilai bagus kopi liberika ini karena memiliki karakteristik rasa yang lebih pekat dan juga pahit dibandingkan jenis kopi lainnya.
Ia menjelaskan bahwa ukuran buahnya cenderung lebih besar, dengan daun lebar yang mencolok.
Dari segi nilai ekonomi, liberika juga dianggap menjanjikan karena harga jualnya cukup stabil, yakni berkisar Rp100.000 per kilogram dalam kondisi kering.
Menurutnya, kopi liberika bukanlah tanaman baru sepenuhnya di wilayah ini.
Ia mengungkapkan bahwa dulunya kopi tersebut dibawa oleh Belanda dan sempat tumbuh di beberapa titik sebelum akhirnya banyak yang terlupakan.
Kini, keberadaannya kembali diminati seiring dengan meningkatnya ketertarikan terhadap varietas kopi unik.
Di sisi lain, peningkatan minat juga datang dari kalangan pecinta kopi lokal.
Raka Wibowo, seorang barista sekaligus pemilik kedai kopi di Wonosalam, menyatakan bahwa dalam dua tahun terakhir, permintaan kopi liberika di kedainya mulai menunjukkan tren kenaikan.
Ia mengungkapkan bahwa sebagian besar pelanggan awalnya hanya mengenal robusta dan arabika.
Namun belakangan, banyak yang tertarik mencoba liberika karena menawarkan profil rasa yang unik.
Menurut Raka, kopi liberika memberikan sensasi fruity yang kuat dengan aftertaste smoky yang khas, menjadikannya sangat berbeda dari kopi mainstream lainnya.
“Awalnya hanya segelintir yang tahu liberika. Sekarang, banyak pelanggan justru datang dan minta disajikan liberika karena rasanya yang unik dan berbeda. Ini peluang besar bagi para petani lokal,” jelasnya.
Untuk perawatan, budidaya kopi liberika tidak membutuhkan perlakuan yang jauh berbeda dibandingkan dengan jenis kopi lain.
Proses penanaman dan pemeliharaannya bisa dijalankan oleh petani yang sudah berpengalaman menangani robusta atau arabika.
Dari sisi harga, kopi excelsa kini dijual seharga Rp80.000 per kilogram dalam bentuk kering, naik Rp35.000 dari tahun lalu.
Sedangkan robusta dihargai Rp75.000 per kilogram, dengan kenaikan tipis sekitar Rp2.000.
Hal ini menegaskan bahwa kopi liberika memiliki nilai ekonomi lebih tinggi jika dibandingkan dua jenis kopi tersebut.
Melihat tren positif ini, banyak pihak optimistis bahwa kopi liberika akan menjadi salah satu primadona baru dalam industri kopi lokal, khususnya di Wonosalam.
Dukungan dari petani, pelaku UMKM, serta peningkatan permintaan pasar menjadi faktor pendorong berkembangnya kopi liberika sebagai komoditas unggulan di masa mendatang.***