UMKMJATIM.COM – Event “Malang Jadoel 2” yang digelar di Taman Krida Budaya, Jalan Soekarno Hatta, dari tanggal 30 Juni hingga 6 Juli 2025, menjadi panggung meriah bagi para pecinta budaya dan kolektor barang antik.
Salah satu sorotan dalam acara ini datang dari stan milik Asosiasi Pecinta Ieris dan Keris (APIK) yang memamerkan berbagai benda pusaka serta barang antik bernilai seni tinggi.
Di stan APIK,para pengunjung bisa menjumpai beragam jenis keris dengan desain, bentuk, dan motif yang khas, mulai dari keris lokal hingga pusaka yang berasal dari era Majapahit, Singosari, maupun Mataram.
Selain senjata tradisional tersebut, stan ini juga memajang berbagai furnitur antik dari gaya Jawa, Eropa, hingga peranakan, yang menarik perhatian para kolektor maupun pengunjung awam.
Salah satu peserta pameran, Yoyon, menyampaikan bahwa minat masyarakat, terutama kalangan muda, terhadap barang-barang antik dan budaya Jawa menunjukkan tren positif.
Ia menilai bahwa generasi muda mulai menunjukkan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap warisan budaya yang selama ini dianggap kurang menarik oleh kelompok usia tersebut.
“Biasanya, anak muda kurang tertarik dengan barang antik atau budaya Jawa.
Tapi di event ini, mereka justru sangat antusias.
Banyak yang datang bertanya tentang asal-usul pusaka atau cerita di balik benda antik yang dipajang,” ujar Yoyon saat ditemui RRI pada Senin (7/7/2025).
Bukan hanya APIK, dalam acara ini terdapat tujuh stan lainnya yang menjual barang-barang antik yang berasal dari berbagai penjuru Nusantara.
Koleksi tersebut merupakan milik para anggota asosiasi yang sengaja dipamerkan dan dijual kepada masyarakat umum.
Harga yang ditawarkan pun beragam, mulai dari Rp1,5 juta hingga mencapai Rp60 juta, tergantung pada kondisi dan usia barang tersebut.
Yoyon menjelaskan, salah satu pusaka termuda yang dipajang adalah Kamardhikan Solo Adiningrat yang telah berusia sekitar 100 tahun.
Sementara itu, sejumlah koleksi tertua bahkan berasal dari era kerajaan besar seperti Majapahit, menambah nilai historis dan artistik dari koleksi yang ditampilkan.
Dengan pengalaman lebih dari 40 tahun dalam dunia pusaka dan barang antik, Yoyon mengungkapkan bahwa dirinya telah bertemu dengan berbagai kalangan, mulai dari sesama kolektor, akademisi, hingga masyarakat umum.
Menurutnya, penting untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, khususnya generasi muda, bahwa pusaka tidak semata-mata identik dengan hal-hal mistis atau klenik.
“Pusaka itu adalah hasil karya seni tinggi dari para empu. Jadi harus dilihat sebagai bagian dari warisan budaya yang layak dilestarikan, bukan sesuatu yang menyeramkan,” jelasnya.
Event seperti Malang Jadoel 2 menjadi momentum penting untuk memperkenalkan kembali kekayaan budaya lokal kepada generasi muda serta memperkuat identitas bangsa melalui seni dan sejarah.***