UMKMJATIM.COM – Maraknya usaha kuliner yang menjajakan polo pendem rebus, sajian umbi-umbian tradisional Nusantara, kini kian menjamur di wilayah Kabupaten dan Kota Kediri, Jawa Timur.
Hampir di setiap sudut jalan, dari pagi buta hingga larut malam, pedagang kaki lima maupun outlet khusus yang menjual kudapan sehat ini mudah dijumpai.
Muji Pratiwi, perempuan berhijab berusia 57 tahun yang akrab disapa Tiwi, termasuk salah satu pelaku usaha yang sukses menangkap peluang pasar tersebut.
Ia menuturkan, tren masyarakat yang semakin sadar akan pola makan sehat menjadi alasan utama dirinya menekuni bisnis kuliner polo pendem rebus.
Menurut Tiwi, kesibukan banyak orang sering membuat mereka kesulitan menjaga pola konsumsi bergizi.
Karena itulah, pilihan kudapan tradisional serba rebus menjadi alternatif praktis dan menyehatkan.
Ia pun membuka outlet miliknya di depan RSUD Kabupaten Kediri, tepat di Jalan Yos Sudarso, kawasan Pare.
Tiwi sengaja memulai aktivitas dagang lebih pagi dibanding pedagang lain, yakni sejak pukul 05.30 WIB.
“Banyak pelanggan yang sengaja datang lebih pagi untuk sarapan sebelum beraktivitas. Selain itu, pengunjung rumah sakit dan keluarga pasien juga kerap membeli polo pendem rebus untuk camilan sehat,” jelas Tiwi, saat ditemui pada Senin pagi.
Di lapaknya, aneka umbi rebus tersedia dalam kondisi masih hangat, mulai dari ubi, pisang, kacang tanah, kedelai, gembili, sukun, hingga gothe.
Semuanya dimasak tanpa tambahan bahan pengawet sehingga rasanya tetap otentik dan kaya manfaat gizi.
Pelanggan polo pendem datang dari berbagai kalangan, salah satunya Sukarji, warga Minggiran, Kabupaten Kediri.
Pria berusia 66 tahun ini mengaku rutin membeli camilan tradisional di kedai Tiwi setiap kali selesai mengurus keperluan di kantor pemerintahan atau saat mengantar keluarganya ke rumah sakit.
Sukarji meyakini konsumsi umbi rebus secara rutin bukan hanya bermanfaat bagi kesehatan, tetapi juga menjadi bagian dari upaya melestarikan tradisi warisan leluhur.
Ia menilai polo pendem memiliki kandungan serat tinggi dan karbohidrat kompleks yang baik untuk tubuh.
“Harganya juga sangat ramah di kantong. Dengan sepuluh ribu rupiah saja sudah bisa dapat satu plastik penuh isinya ubi rebus, sukun, gothe, dan gembili. Alhamdulillah setelah sering makan polo pendem, badan terasa lebih ringan, tekanan darah dan berat badan lebih stabil,” ungkap Sukarji, yang pagi itu baru saja menyelesaikan perpanjangan SIM di Polres Kediri.
Tren meningkatnya konsumsi polo pendem rebus ini mencerminkan pola hidup baru masyarakat urban yang semakin selektif dalam memilih pangan.
Selain praktis, kudapan tradisional ini terbukti lebih menyehatkan dibanding jajanan cepat saji.
Banyak pelanggan mengapresiasi cita rasa alami umbi rebus yang tetap lezat tanpa tambahan pemanis buatan.
Selain memenuhi kebutuhan gizi harian, bisnis polo pendem rebus juga turut mendongkrak ekonomi lokal.
Petani umbi-umbian di sekitar Kediri menjadi lebih berdaya karena pasokan bahan baku yang stabil dan permintaan yang terus bertumbuh.
Dengan kesadaran konsumen yang makin tinggi terhadap makanan sehat, tidak mengherankan jika polo pendem rebus kian menjadi primadona dan membuka peluang usaha bagi banyak warga.
Tren ini sekaligus menjadi bukti bahwa kuliner tradisional Nusantara tetap relevan dan diminati lintas generasi.***