UMKMJATIM.COM – Transformasi digital di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Kabupaten Malang dinilai belum maksimal jika tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas dan kemasan produk.
Anggota DPRD Kabupaten Malang, Ahmad Andi, menekankan bahwa digitalisasi harus menjadi pintu masuk bagi UMKM untuk bersaing di pasar nasional hingga global, bukan sekadar tren pelatihan tanpa hasil nyata.
Ia menjelaskan bahwa pemerintah daerah melalui Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar serta Dinas Komunikasi dan Informatika telah menyelenggarakan berbagai program pelatihan e-commerce bagi pelaku UMKM.
Namun, persoalan terbesar yang dihadapi saat ini adalah bagaimana meningkatkan kualitas produk agar mampu menarik minat konsumen di tengah persaingan yang semakin ketat.
Menurut Andi, meskipun banyak pelaku UMKM telah memanfaatkan platform digital untuk menjual produknya, faktor kualitas dan tampilan kemasan masih menjadi kelemahan utama.
Ia mencontohkan sejumlah produk makanan lokal seperti jipang dan keripik yang sebenarnya memiliki cita rasa yang unggul, tetapi sulit bersaing dengan produk industri besar karena kemasan yang kurang profesional.
Ia menilai banyak pelaku UMKM masih ragu untuk mematok harga yang lebih tinggi demi menutup biaya kemasan yang berkualitas.
Padahal, jika sebuah produk memiliki cita rasa yang baik dan didukung tampilan yang menarik, konsumen tidak akan segan untuk membeli meskipun harganya lebih mahal.
Sebaliknya, produk yang murah tetapi tampilannya tidak menarik justru cenderung tidak dilirik pasar.
Selain itu, Andi juga menyoroti minimnya produk lokal yang mampu menembus pasar ritel modern seperti supermarket besar.
Yang menjadi kendala, salah satunya adalah standar kemasan yang belum terpenuhi.
Menurutnya, penggunaan plastik pembungkus berkualitas memang membutuhkan biaya tambahan, tetapi justru menjadi investasi penting untuk meningkatkan kepercayaan konsumen.
Di luar masalah kemasan, permodalan juga disebut sebagai hambatan utama bagi UMKM.
Andi mendorong agar pemerintah menghadirkan program pembiayaan yang lebih terjangkau, seperti kredit berbunga rendah hingga relaksasi pajak, untuk meringankan beban pelaku usaha kecil.
Dengan modal yang memadai, UMKM diharapkan mampu meningkatkan skala produksi sekaligus memperbaiki kualitas produknya.
Andi menegaskan bahwa pengembangan UMKM tidak boleh berhenti pada aspek pelatihan digitalisasi semata.
Pemerintah harus memperhatikan keseluruhan proses produksi mulai dari kualitas bahan baku, desain kemasan, hingga strategi pemasaran yang efektif.
Dengan langkah tersebut, pelaku UMKM di Malang tidak hanya mampu bertahan tetapi juga naik kelas dan merambah pasar yang lebih luas.
Jika sinergi antara pelatihan digital, dukungan permodalan, dan peningkatan kualitas produk dapat berjalan seimbang,
Andi optimis UMKM di Kabupaten Malang mampu bersaing di tingkat nasional bahkan internasional.***