UMKMJATIM.COM – Menjelang datangnya bulan suci Ramadan, harga daging ayam di Pasar Legi Ponorogo mengalami lonjakan yang cukup signifikan.
Dalam dua hari terakhir, harga daging ayam yang semula berada di kisaran Rp32 ribu per kilogram kini naik menjadi Rp35 ribu per kilogram.
Kenaikan harga ini bukan hanya mempengaruhi pedagang, tetapi juga dirasakan oleh konsumen yang berbelanja kebutuhan pokok di pasar tersebut.
Salah seorang penjual daging ayam di Pasar Legi, Sri Pujiati, mengungkapkan bahwa kenaikan harga ini sudah berlangsung sejak sepekan terakhir.
Menurutnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan harga daging ayam melonjak.
Selain tingginya permintaan akibat tradisi ‘megengan’ menjelang puasa, harga ayam hidup dari peternak juga mengalami peningkatan.
Tradisi megengan sendiri merupakan budaya masyarakat Jawa dalam menyambut bulan Ramadan.
Pada tradisi ini, biasanya masyarakat akan mengadakan syukuran atau kenduri dengan menyajikan berbagai hidangan, termasuk daging ayam.
Kondisi ini membuat permintaan daging ayam meningkat tajam di pasaran.
Sri Pujiati menambahkan, setiap tahun tren harga daging ayam cenderung sama, di mana menjelang puasa harga akan naik, kemudian pada 3 hingga 10 hari pertama puasa biasanya akan turun kembali.
Namun, memasuki pertengahan Ramadan, harga cenderung naik lagi hingga mendekati Hari Raya Idulfitri.
Meski demikian, kenaikan harga ini tidak sepenuhnya menguntungkan pedagang.
Banyak konsumen yang mengeluhkan harga daging ayam yang tinggi dan terpaksa mengurangi jumlah pembelian mereka.
Namun, kondisi ini tidak terlalu berpengaruh pada tingkat penjualan daging ayam di lapak Sri Pujiati. Ia mengaku masih bisa menjual sekitar 50 kilogram daging ayam setiap harinya.
Menurutnya, tingginya permintaan menjelang Ramadan membuat dagangannya selalu habis terjual, bahkan ia jarang memiliki sisa daging ayam di penghujung hari.
Sri Pujiati juga membandingkan kondisi saat ini dengan lebaran tahun sebelumnya. Saat itu, harga daging ayam sempat mencapai Rp40 ribu per kilogram.
Meski saat ini harga sudah menyentuh Rp35 ribu per kilogram, ia belum bisa memperkirakan apakah harga akan kembali naik hingga mendekati Idulfitri atau tidak.
Namun, ia tetap bersiap menghadapi segala kemungkinan, terutama jika tren kenaikan harga daging ayam kembali terjadi.
Di sisi lain, kenaikan harga daging ayam ini juga menjadi perhatian konsumen.
Banyak warga yang harus menyesuaikan anggaran belanja mereka, terutama bagi yang ingin tetap menjalankan tradisi megengan tanpa mengorbankan kebutuhan lainnya.
Beberapa konsumen memilih untuk membeli daging ayam dalam jumlah lebih sedikit atau mencari alternatif bahan pangan lain yang lebih terjangkau.
Secara keseluruhan, fenomena kenaikan harga daging ayam ini menunjukkan dinamika pasar tradisional yang sangat dipengaruhi oleh momen-momen tertentu dalam setahun.
Tradisi, permintaan pasar, serta kondisi harga di tingkat peternak menjadi faktor utama yang mempengaruhi fluktuasi harga komoditas ini.
Para pedagang di Pasar Legi Ponorogo pun diharapkan dapat terus menjaga ketersediaan stok dan menyesuaikan harga agar tetap seimbang dengan daya beli masyarakat.
Kenaikan harga bahan pangan seperti daging ayam menjelang Ramadan sebenarnya bukan hal baru.
Namun, upaya stabilisasi harga dan pengawasan dari pihak terkait tetap dibutuhkan agar lonjakan harga tidak memberatkan masyarakat, khususnya bagi mereka yang berpenghasilan rendah.
Pemerintah daerah diharapkan dapat mengambil langkah-langkah strategis, seperti operasi pasar atau pemberian subsidi pada bahan pangan tertentu, guna memastikan kebutuhan pokok tetap terjangkau selama bulan puasa.
Dengan kondisi ini, baik pedagang maupun konsumen perlu lebih bijak dalam menyikapi kenaikan harga.
Pedagang harus tetap menjaga kualitas barang dagangannya, sedangkan konsumen diharapkan mampu mengatur pengeluaran dengan lebih cermat agar kebutuhan selama Ramadan tetap tercukupi tanpa harus terbebani oleh lonjakan harga yang terjadi di pasar.***