UMKMJATIM.COM – Permintaan beras organik di Kabupaten Bondowoso terus meningkat setelah produk pangan ini mulai merambah pasar nasional. Hal ini membuat petani di daerah tersebut kewalahan memenuhi permintaan yang terus meningkat.
Pada kunjungan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bondowoso dan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ke Gapoktan Al Barokah di Desa Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari, terungkap bahwa tren ini semakin pesat.
Wakil Rektor IV UMM, Muhammad Salis Yuniardi, mengungkapkan komitmen pihaknya dalam mendukung pengembangan ketahanan pangan berkelanjutan di Bondowoso.
“Kami telah terlibat dalam pengembangan pertanian organik di daerah ini sejak 2008, dan kini luas lahan yang telah tersertifikasi organik mencapai 105 hektare,” kata Salis.
UMM, tambahnya, kini berfokus pada penguatan infrastruktur dan teknologi pertanian di daerah ini, termasuk penggunaan energi mandiri untuk mendukung keberlanjutan produksi.
Salis juga menekankan beberapa tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan pertanian organik, seperti perbaikan atau penggantian mesin produksi. “Kami melihat potensi besar di sini, tapi ada beberapa tantangan yang harus diatasi, seperti mesin produksi yang perlu diperbaiki atau diganti. Selain itu, daerah ini memiliki peluang besar untuk menggunakan energi mandiri, seperti solar panel atau mikro hidro, mengingat ketersediaan sinar matahari dan air yang stabil sepanjang tahun,” ungkapnya.
UMM juga berencana mengirim tim teknik mesin dan elektro untuk memeriksa kondisi mesin yang ada, dan jika diperlukan, penggantian mesin akan dilakukan dengan menggandeng mitra seperti Bank Indonesia (BI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), dan Bank Jatim, yang sudah berkolaborasi dalam program ini.
Kepala Desa Lombok Kulon, Mulyono, menambahkan bahwa pada 2025, lahan pertanian organik di desa tersebut akan bertambah sebesar 40 hektare, menjadikannya 145 hektare.
Proses konversi tanah menjadi organik, yang memerlukan waktu sekitar tiga tahun, diharapkan dapat mengatasi masalah kekurangan lahan. “Desa Lombok ini memiliki pengairan yang stabil, sehingga sangat mendukung untuk pengembangan hingga 250 hektare,” ujar Mulyono.
Desa Lombok Kulon kini memproduksi sekitar 30-40 ton beras organik per bulan dan telah menjalin kemitraan dengan tujuh perusahaan. Permintaan pasar untuk beras organik aromatik dan beras hitam terus meningkat, mendorong pengembangan dua kelompok tani baru pada 2025.
“Harga beras organik lebih tinggi dibandingkan beras konvensional. Beras putih organik dijual seharga Rp 19 ribu per kg, beras merah Rp 21 ribu per kg, sedangkan beras hitam mencapai Rp 35 ribu per kg,” tuturnya.
Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Bondowoso, Hendri Widotono, permintaan beras organik di Indonesia sudah mencapai sekitar 25 ton per minggu, atau sekitar 100 ton per bulan.
Namun, petani di Bondowoso baru mampu memenuhi sekitar 40 persen dari total permintaan tersebut, yakni sekitar 40 ton per bulan. “Maka dari itu, kita akan perluas areal. Sementara ini sudah diterapkan di Desa Sulek Kecamatan Tlogosari dan Desa Gadingsari Kecamatan Binakal total seluas 60 hektar,” jelas Hendri.
Melihat potensi pasar yang tinggi, Hendri mendorong para petani untuk mengkonversi lahan mereka ke pertanian organik. “Sebab, di masa depan memang kebutuhan produk organik akan sangat tinggi karena meningkatnya literasi kesehatan masyarakat,” pungkasnya.