UMKMJATIM.COM – Harga cabai rawit merah (CRM) mengalami kenaikan signifikan akibat terbatasnya pasokan di pasaran.
Berdasarkan laporan yang dirilis oleh Asosiasi Petani Cabai Indonesia (APCI) Kabupaten Kediri pada Sabtu (29/3/2025),
keterbatasan distribusi ke luar wilayah Jawa Timur menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan lonjakan harga ini.
Ketua APCI Kabupaten Kediri, Suyono, menjelaskan bahwa meskipun pasokan CRM hanya mengalami sedikit penurunan, dampaknya cukup besar terhadap harga jual di pasaran.
Menurutnya, kenaikan harga ini terjadi karena sebagian besar stok cabai hanya diperuntukkan bagi kebutuhan lokal di Jawa Timur, terutama dalam menghadapi permintaan tinggi menjelang Hari Raya Idul Fitri.
Kenaikan harga yang cukup mencolok terlihat pada cabai rawit merah varietas Ori 212 dan Brengos 99, yang mengalami peningkatan sebesar Rp15.000, sehingga mencapai harga Rp70.000 per kilogram.
Varietas lain seperti Asmoro 043 dan Cabai Lokal Kediri turut mengalami lonjakan harga sebesar Rp17.000, sehingga dibanderol Rp67.000 per kilogram.
Sementara itu, cabai Prentol/Tumi 99 mencatatkan kenaikan paling tinggi, yakni sebesar Rp24.000, dengan harga jual Rp62.000 per kilogram.
Selain CRM, harga cabai jenis lain juga mengalami peningkatan.
Cabai Merah Besar (CMB) varietas Gada MK kini dijual seharga Rp32.000 per kilogram, sementara varietas Imola dibanderol Rp30.000 per kilogram.
Di sisi lain, Cabai Merah Keriting (CMK) juga mengalami kenaikan harga, di mana varietas Boos Tavi dan Sibad masing-masing dihargai Rp30.000 dan Rp28.000 per kilogram.
Sementara itu, distribusi cabai ke beberapa wilayah mengalami perubahan signifikan.
Pengiriman cabai ke Jabodetabek dilaporkan tidak ada sama sekali, sedangkan pasokan untuk Kalimantan tercatat sebanyak 2 ton.
Pasokan cabai rawit merah dari Kediri dan Blitar mencapai 31 ton, sementara cabai merah besar yang berasal dari Kediri, Jombang, dan Tuban tercatat sebanyak 10 ton.
Adapun cabai merah keriting yang berasal dari Kediri dan Blitar hanya tersedia sebanyak 1 ton.
Dengan terbatasnya pasokan cabai di pasaran, harga komoditas ini diperkirakan akan tetap tinggi di berbagai pasar tradisional dan modern di Jawa Timur hingga perayaan Lebaran.
Para pedagang dan konsumen pun harus menghadapi lonjakan harga yang dapat berdampak pada daya beli masyarakat.
Dalam kondisi seperti ini, pelaku usaha di sektor pertanian dan perdagangan diharapkan mampu mencari solusi guna menstabilkan harga dan memastikan ketersediaan cabai bagi masyarakat.
Kenaikan harga yang terjadi menjelang hari raya tentu menjadi perhatian tersendiri, mengingat cabai merupakan salah satu bahan pokok yang banyak dibutuhkan dalam berbagai hidangan khas Lebaran.***