Ancaman PHK Massal: 1,2 Juta Pekerja RI Terancam Perang Dagang AS-China

Redaksi UMKM JATIM

- Redaksi

Friday, 18 April 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Bayang-bayang PHK massal mengancam jutaan pekerja Indonesia di tengah memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Kebijakan tarif proteksionis AS, yang dimaksudkan untuk melindungi perekonomian domestik, justru berdampak negatif bagi Indonesia, menyebabkan ketidakpastian ekonomi yang signifikan.

Nailul Huda, ekonom dan Direktur Ekonomi Digital Center of Economics and Law Studies (Celios), memprediksi potensi tsunami PHK hingga 1,2 juta pekerja dalam setahun mendatang. Proyeksi ini didasarkan pada analisis dampak domino perang tarif terhadap berbagai sektor industri di Indonesia. Angka tersebut merupakan total tenaga kerja yang diperkirakan akan terdampak PHK.

Sektor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Terdampak Terberat

Sektor TPT menjadi yang paling rentan, diperkirakan akan mengalami pengurangan tenaga kerja hingga 191 ribu jiwa. “Bisa dibilang penyerapan tenaga kerja di industri tekstil itu akan berkurang sekitar 191 ribu, ini hitungan kasar kita,” ungkap Nailul Huda. Hal ini dikarenakan sektor TPT sangat bergantung pada ekspor ke AS, yang kini terhambat oleh kebijakan tarif tinggi.

Baca Juga :  Rupiah Melemah, Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rekor Tertinggi

Kenaikan tarif impor AS sebesar 1 persen saja diperkirakan akan mengurangi volume ekspor hingga 0,8 persen. Situasi ini diperparah oleh serbuan impor produk tekstil murah dari China ke pasar domestik, semakin menekan daya saing industri TPT dalam negeri.

Analisis Lebih Dalam Dampak Perang Dagang AS-China terhadap Indonesia

Perang dagang AS-China telah mencapai titik didih, dengan tarif AS terhadap barang-barang asal China melonjak hingga 145 persen, dan tarif balasan China terhadap produk Amerika mencapai 125 persen. Indonesia, sebagai negara yang berdagang dengan kedua negara, terjebak di tengah-tengah konflik ini.

Pada 2 April, Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang menetapkan tarif timbal balik terhadap impor dari berbagai negara, termasuk Indonesia yang dikenai tarif resiprokal sebesar 32 persen. Meskipun ada penangguhan tarif selama 90 hari bagi beberapa negara, China tetap menjadi pengecualian.

Baca Juga :  Kodim 0802/Ponorogo Genjot Serapan Gabah: Target 12.400 Ton GKP Dikejar Hingga Akhir April 2025

Dampaknya terhadap Indonesia bersifat ganda. Di satu sisi, ada potensi relokasi investasi dari China ke Indonesia. Namun, di sisi lain, kebijakan tarif AS yang diskriminatif dan persaingan produk impor murah dari China mengancam industri dalam negeri dan stabilitas ketenagakerjaan.

Upaya Pemerintah dalam Mengatasi Dampak PHK Massal

Pemerintah Indonesia perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk mengurangi dampak negatif perang dagang ini terhadap perekonomian dan ketenagakerjaan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain:

  • Meningkatkan daya saing industri dalam negeri melalui inovasi, peningkatan kualitas produk, dan efisiensi produksi.
  • Diversifikasi pasar ekspor agar tidak terlalu bergantung pada AS dan China.
  • Memberikan pelatihan dan bantuan kepada pekerja yang terkena PHK untuk meningkatkan keterampilan dan mencari pekerjaan baru.
  • Memperkuat jaring pengaman sosial untuk mengurangi dampak sosial ekonomi PHK massal.
  • Menegosiasikan kesepakatan perdagangan yang lebih adil dengan AS dan negara-negara lain.
  • Baca Juga :  Pasar Rame 2025: PCNU Surabaya dan Pemprov Jatim Dorong UMKM Selama Ramadhan

    Krisis PHK ini menuntut respons cepat dan terukur dari pemerintah. Kegagalan dalam menangani masalah ini berpotensi memicu gejolak sosial dan ekonomi yang lebih besar.

    Selain itu, perlu juga dilakukan kajian mendalam tentang dampak jangka panjang perang dagang terhadap berbagai sektor ekonomi di Indonesia. Studi komprehensif ini dapat menjadi dasar bagi pembuatan kebijakan yang tepat dan efektif dalam melindungi perekonomian dan kesejahteraan rakyat Indonesia.

    Kesimpulannya, situasi ini menuntut kolaborasi yang kuat antara pemerintah, pengusaha, dan pekerja untuk menghadapi tantangan yang ada dan menciptakan solusi jangka panjang yang berkelanjutan. Perhatian serius terhadap nasib pekerja yang terdampak PHK menjadi kunci utama dalam mengatasi krisis ini.

    Facebook Comments Box

    Berita Terkait

    Panen Raya Padi di Jatiroto Lumajang, Babinsa dan Petani Bersinergi Wujudkan Swasembada Pangan
    Panen Raya di Sejumlah Daerah Tekan Harga Cabai di Pasar Induk Pare
    Harga Kelapa Naik, Pedagang di Pasar Anom Baru Sumenep Resah
    Dukung Ketahanan Pangan Nasional, Polres Sumenep Kunjungani Sentra Peternakan Ayam Desa Pabian
    Surabaya dan Blitar Siapkan Kerjasama Strategis di Bidang Pemerintahan dan Pariwisata
    Ojol Resmi UMKM: Akses Bansos dan BBM Subsidi Terbuka Lebar
    Emas Makin Cemerlang: Perang Dagang AS-China Dorong Harga Naik
    Inflasi Melanda: Rakyat Indonesia Bimbang Memenuhi Kebutuhan Pokok

    Berita Terkait

    Friday, 18 April 2025 - 20:30 WIB

    Panen Raya di Sejumlah Daerah Tekan Harga Cabai di Pasar Induk Pare

    Friday, 18 April 2025 - 20:00 WIB

    Harga Kelapa Naik, Pedagang di Pasar Anom Baru Sumenep Resah

    Friday, 18 April 2025 - 19:30 WIB

    Dukung Ketahanan Pangan Nasional, Polres Sumenep Kunjungani Sentra Peternakan Ayam Desa Pabian

    Friday, 18 April 2025 - 19:00 WIB

    Surabaya dan Blitar Siapkan Kerjasama Strategis di Bidang Pemerintahan dan Pariwisata

    Friday, 18 April 2025 - 17:54 WIB

    Ojol Resmi UMKM: Akses Bansos dan BBM Subsidi Terbuka Lebar

    Berita Terbaru