UMKMJATIM.COM – Memasuki masa transisi dari musim hujan ke musim kemarau, para petani tembakau di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, mulai melakukan berbagai persiapan untuk menyambut musim tanam.
Salah satu langkah penting yang kini tengah dilakukan adalah menyiapkan bibit tembakau, baik untuk kebutuhan sendiri maupun untuk dijual ke petani lain.
Di Desa Tanah Merah, Kecamatan Saronggi, aktivitas pembibitan terlihat cukup aktif.
Seorang petani bernama Suri, yang membibitkan tembakau di Dusun Nangnangan, menyampaikan bahwa sebagian besar bibit yang ia tanam memang tidak diperuntukkan bagi lahannya sendiri.
Ia mengatakan bahwa hanya sekitar 25 persen bibit yang akan ia tanam, sementara sisanya akan dijual ke petani lain yang membutuhkan.
Bibit tembakau yang sudah disiapkan saat ini memiliki usia yang berbeda-beda. Beberapa di antaranya masih berumur sekitar 20 hari, dan sebagian yang lain telah mencapai usia 40 hari.
Menurut Suri, bibit yang telah mencapai usia 40 hari sudah memasuki masa siap tanam dan akan segera dipindahkan ke lahan khusus tembakau dalam waktu sekitar satu minggu ke depan.
Suri menjelaskan bahwa pemindahan bibit ke ladang tidak bisa dilakukan sembarangan.
Bibit harus memiliki umur serta kondisi yang tepat agar bisa tumbuh dengan optimal saat ditanam di lahan terbuka.
Oleh karena itu, dirinya sangat memperhatikan perawatan selama masa pembibitan, mulai dari penyiraman hingga perlindungan dari hama.
Menurut data yang tercatat di tahun 2024, luas lahan tembakau yang digarap oleh para petani di Kabupaten Sumenep mencapai sekitar 14.000 hektare.
Angka ini menunjukkan bahwa komoditas tembakau masih menjadi salah satu andalan utama sektor pertanian di wilayah tersebut, khususnya di Pulau Madura.
Tidak hanya dari sisi luas tanam, komoditas ini juga memberikan dampak ekonomi yang signifikan.
Harga jual tembakau pada tahun sebelumnya berada di kisaran Rp50.000 hingga Rp70.000 per kilogram.
Angka ini dinilai cukup menguntungkan bagi petani, terlebih jika kualitas panen bagus dan cuaca mendukung selama masa pertumbuhan.
Tingginya permintaan bibit tembakau pada saat jelang musim kemarau tentunya memiliki prospek yang sangat menjanjikan.
Para petani berlomba-lomba mempersiapkan diri agar bisa menanam tepat waktu dan memperoleh hasil maksimal.
Di sisi lain, aktivitas pembibitan seperti yang dilakukan oleh Suri tidak hanya membantu dirinya secara ekonomi, tetapi juga mendukung ekosistem pertanian tembakau secara keseluruhan.
Dengan menjual bibit, ia membantu petani lain yang tidak sempat melakukan pembibitan sendiri.
Musim tanam tembakau di Sumenep memang selalu menjadi momen penting yang dinanti-nanti oleh para petani.
Selain menjadi sumber mata pencaharian utama, budidaya tembakau juga telah menjadi bagian dari budaya agraris masyarakat Madura yang diwariskan secara turun-temurun.
Melalui persiapan yang matang sejak masa pembibitan, para petani berharap bisa kembali meraih hasil panen yang baik seperti tahun-tahun sebelumnya.
Mereka pun berharap harga jual tetap stabil agar jerih payah selama berbulan-bulan dapat terbayar dengan layak.***