UMKMJATIM.COM – Disebutkan, Pemerintah Kota Surabaya terus menggencarkan upaya untuk meningkatkan produktivitas pertanian padi di wilayahnya.
Berbagai langkah strategis telah ditempuh demi mendukung program ketahanan pangan nasional sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani lokal.
Menyalurkan bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan) menjadi salah satu bentuk dukungan yang diberikan kepada sejumlah kelompok tani (Poktan) yang tersebar di Kota Pahlawan.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Surabaya, Antiek Sugiharti, menjelaskan bahwa bantuan alsintan ini diberikan sebagai bagian dari program peningkatan kapasitas produksi pertanian.
Menurutnya, tidak hanya mesin pertanian yang dibagikan, tetapi juga berbagai bantuan lain seperti bibit padi unggul, pupuk, pestisida, hingga sarana dan prasarana pendukung lainnya.
Antiek mengungkapkan bahwa jenis alsintan yang diberikan cukup beragam, mulai dari mesin tanam padi atau transplanter, alat bajak sawah, mesin panen padi atau kombi, hingga alat penggilingan padi.
Ia menyampaikan bahwa penggunaan alat-alat ini ditujukan untuk mempercepat proses tanam dan panen, sekaligus mengurangi beban kerja petani dan mendorong peningkatan hasil produksi.
Bukan itu saja, Pemkot Surabaya juga tengah mengembangkan sistem irigasi yang lebih efisien dan juga berkelanjutan.
Antiek menjelaskan bahwa sebagian besar lahan pertanian di Surabaya selama ini hanya bergantung pada aliran air limbah domestik untuk irigasi, yang tentu saja tidak optimal bagi kebutuhan tanaman padi.
Oleh karena itu, pihaknya saat ini tengah merancang pembangunan saluran irigasi permanen di beberapa area persawahan.
Ia juga menambahkan bahwa pemerintah kota berencana mengajukan bantuan ke pemerintah pusat dalam bentuk pompanisasi.
Dengan sistem ini, air dari sungai-sungai terdekat akan dipompa dan dialirkan ke lahan-lahan pertanian.
Skema ini diharapkan menjadi solusi jangka panjang untuk mengatasi keterbatasan sumber air yang selama ini menjadi kendala utama dalam pengembangan pertanian padi di wilayah perkotaan seperti Surabaya.
Sebagai tambahan, Pemkot Surabaya juga menggandeng Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk memperkenalkan penggunaan agen hayati di sektor pertanian.
Inisiatif ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada pupuk non-organik dan pestisida kimia.
Penggunaan agen hayati diyakini dapat menghasilkan produk pertanian yang lebih sehat dan aman dikonsumsi masyarakat, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan pertanian.
Antiek menegaskan bahwa pemanfaatan agen hayati akan membantu meningkatkan kualitas tanah dan hasil panen.
Selain itu, langkah ini juga merupakan bagian dari transformasi pertanian yang lebih ramah lingkungan dan berorientasi jangka panjang.
Ia berharap bahwa seluruh inisiatif yang dijalankan ini mampu mendorong Surabaya menjadi salah satu kota dengan sistem pertanian urban yang modern dan produktif.
Dengan sinergi antara pemerintah kota, provinsi, dan pusat, serta peran aktif para petani, upaya untuk memperkuat ketahanan pangan di Surabaya diharapkan dapat berjalan optimal.
Langkah-langkah inovatif ini juga menjadi bagian dari visi besar menjadikan pertanian sebagai sektor strategis di tengah perkembangan kota yang semakin pesat.***