UMKMJATIM.COM – Disebutkan bahwa program Serap Gabah (Sergab) yang dijalankan oleh Perum Bulog di Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri, menunjukkan hasil menggembirakan dengan total serapan lebih dari 200 ton gabah.
Inisiatif ini mendapat tanggapan positif dari kalangan petani karena harga serap yang diterapkan, yakni sesuai Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp6.500 per kilogram, dinilai membantu meningkatkan pendapatan mereka.
Selaku Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Badas dari Dinas Pertanian dan Perkebunan (Dispertabun) Kabupaten Kediri, Muhammad Yasin,
menyampaikan bahwa dari sekitar 600 hektare lahan pertanian di Kecamatan Badas, Bulog berhasil menyerap sekitar 10 persen hasil panen petani.
Jika satu hektare mampu menghasilkan lima ton gabah, maka total 200 ton tersebut setara dengan hasil panen dari 40 hektare lahan.
Ia mengakui bahwa pada awal pelaksanaan program Sergab, terdapat tantangan yang cukup menghambat, terutama terkait keterbatasan gudang mitra Perum Bulog yang hanya tersedia di daerah Grogol, Tarokan, dan Candirejo.
Namun, situasi kini telah membaik seiring dengan bertambahnya titik distribusi mitra, seperti dua mitra di wilayah Plosoklaten, masing-masing satu mitra di Plemahan, Padangan, dan Kayen Kidul.
Penambahan dimaksudkan untuk memperlancar proses penyerapan gabah serta distribusi logistik.
Meski demikian, Yasin mengingatkan bahwa musim panen raya telah berakhir, sehingga tantangan baru muncul berupa persaingan harga dengan pasar lokal.
Ia memprediksi bahwa harga gabah di pasar lokal bisa melampaui HPP yang ditetapkan Bulog, sehingga dikhawatirkan akan menyulitkan proses penyerapan gabah selanjutnya.
Persaingan ini bisa membuat petani lebih memilih menjual hasil panennya ke pasar lokal jika harganya lebih tinggi dibandingkan harga yang ditawarkan Bulog.
Sebelum adanya program Sergab, para petani di Badas menghadapi kesulitan akibat harga beli dari tengkulak yang cenderung rendah.
Bahkan, pada saat panen raya, harga yang ditawarkan bisa turun drastis hingga Rp4.000 per kilogram.
Dengan keberadaan Bulog sebagai pembeli utama melalui program Sergab, para tengkulak diprediksi akan terdorong untuk menaikkan harga beli mereka demi bisa bersaing.
Situasi ini menciptakan efek domino yang menguntungkan petani.
Dengan adanya peningkatan harga di tingkat tengkulak ini, berarti menandakan bahwa harga gabah kering di sawah mengalami tingkat kenaikan.
Dengan begitu, petani bisa memperoleh nilai jual yang lebih baik, meski tidak seluruh gabah diserap langsung oleh Bulog.
Program ini diharapkan tidak sekadar menjaga stabilitas harga di tingkat petani, namun juga menjadi sarana pemerataan kesejahteraan petani di daerah.
Dengan sinergi antara pemerintah, Bulog, dan petani lokal, sektor pertanian di Kediri dapat terus berkembang dan berkontribusi terhadap ketahanan pangan nasional.***