UMKMJATIM.COM – Industri fashion merupakan salah satu sektor yang sangat menjanjikan bagi pelaku UMKM di Indonesia.
Dengan pasar yang luas dan tren yang selalu berubah, peluang untuk berkembang terbuka lebar.
Namun, di balik potensi tersebut, UMKM fashion juga dihadapkan pada berbagai tantangan produksi yang bisa menghambat pertumbuhan usaha jika tidak diatasi dengan baik.
Produksi dalam bisnis fashion tidak sekadar menjahit kain menjadi pakaian. Ada proses panjang mulai dari desain, pemilihan bahan, pemotongan, penjahitan, hingga finishing.
Setiap tahap membutuhkan koordinasi dan pengelolaan yang cermat.
Berikut ini adalah beberapa kendala produksi yang sering dihadapi UMKM fashion serta strategi untuk mengatasinya.
1. Keterbatasan Sumber Daya Manusia yang Terampil
Banyak pelaku UMKM fashion mengalami kesulitan dalam mencari tenaga kerja yang ahli dalam menjahit, membuat pola, atau mengoperasikan mesin.
SDM yang kurang terlatih bisa menyebabkan hasil akhir tidak sesuai standar dan memperlambat waktu produksi.
Solusi: Lakukan pelatihan internal bagi karyawan baru. Bangun sistem mentoring dari penjahit berpengalaman.
Jika perlu, jalin kerja sama dengan lembaga pelatihan vokasi lokal.
2. Sulit Menjaga Konsistensi Kualitas
Seringkali, hasil produksi batch pertama berbeda dengan batch berikutnya. Ini bisa merusak citra merek, terutama jika pelanggan merasa kualitas menurun.
Solusi: Gunakan standar operasional produksi (SOP) yang rinci.
Dokumentasikan setiap tahap kerja dan buat quality control rutin sebelum produk dikirim.
3. Pasokan Bahan Baku Tidak Stabil
Dalam dunia fashion, bahan baku seperti kain, benang, atau aksesori sangat menentukan hasil akhir.
Jika pasokan terganggu atau kualitas bahan berubah, proses produksi ikut terhambat.
Solusi: Bangun kerja sama dengan beberapa supplier sekaligus.
Lakukan pembelian dalam jumlah besar untuk menghindari keterlambatan dan fluktuasi harga.
4. Ketergantungan pada Produksi Manual
Sebagian besar UMKM fashion masih mengandalkan proses manual tanpa bantuan mesin modern.
Hal ini membatasi kapasitas produksi dan menyulitkan ketika pesanan meningkat.
Solusi: Jika memungkinkan, investasi secara bertahap pada mesin-mesin produksi sederhana.
Gunakan teknologi digital untuk desain atau pemesanan agar lebih efisien.
5. Kesulitan Mengikuti Tren Fashion
Tren fashion sangat dinamis. Jika UMKM tidak mampu menyesuaikan desain dengan tren terkini, maka produk akan kalah bersaing di pasar.
Solusi: Selalu lakukan riset tren, baik dari media sosial maupun fashion show lokal. Libatkan desainer freelance atau gunakan polling pelanggan untuk ide desain.
UMKM fashion memiliki potensi besar untuk tumbuh, tetapi tantangan produksi tetap harus dihadapi dengan strategi yang tepat.
Dengan meningkatkan keterampilan SDM, menjaga konsistensi kualitas, dan membangun sistem produksi yang efisien, pelaku usaha fashion bisa lebih siap menghadapi persaingan.
Keberhasilan bukan hanya soal desain menarik, tetapi juga kemampuan dalam mengelola proses produksi dengan baik.***