UMKMJATIM.COM – Di tengah derasnya modernisasi dan perubahan zaman, masyarakat Madura tetap menunjukkan komitmennya dalam menjaga nilai-nilai budaya warisan leluhur.
Tradisi yang masih hidup dan lestari hingga kini, salah satunya adalah Tajin Sorah atau yang dikenal juga dengan Ter Ater Tajin Sorah.
Tradisi ini merupakan bagian dari perayaan datangnya bulan Muharram atau Tahun Baru Hijriah, yang dilaksanakan secara turun-temurun oleh masyarakat di Kabupaten Sampang, khususnya di Desa Prajjan, Kecamatan Camplong.
Setiap tanggal 1 Muharram, warga secara gotong royong dan penuh semangat memasak bubur Suro.
Mereka kemudian berkumpul di balai desa, memanjatkan doa bersama, dan saling berbagi bubur kepada tetangga serta kerabat terdekat.
Tradisi ini tidak sekadar aktivitas sosial, melainkan memiliki makna spiritual yang mendalam sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan serta doa memohon keselamatan dan keberkahan di tahun baru.
Salah seorang warga Desa Prajjan, Abdus Salam, menyampaikan bahwa kebiasaan ini telah dilakukan sejak lama oleh para leluhur mereka.
Ia menuturkan bahwa setiap tahunnya, masyarakat tetap setia menjalankan tradisi tersebut dengan semangat kebersamaan yang tinggi.
Menurutnya, meski hanya berupa bubur sederhana dengan lauk pauk minimalis, nilai kebersamaan dan spiritualitas yang terkandung di dalamnya sangat besar.
Tradisi Tajin Sorah tidak hanya berlangsung di satu hari saja. Di beberapa kecamatan lain di Kabupaten Sampang, kegiatan berbagi bubur bahkan berlanjut hingga 10 Muharram.
Ini menunjukkan bahwa semangat menjaga tradisi dan mempererat tali silaturahmi masih sangat kuat di tengah masyarakat Madura.
Dari sisi pemerintahan, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Sampang, Abd. Basith, memberikan apresiasi atas konsistensi masyarakat dalam menjaga tradisi tersebut.
Ia menilai bahwa Tajin Sorah bukan sekadar ritual tahunan, tetapi merupakan wujud kearifan lokal yang mengandung nilai sosial dan spiritual.
Basith menekankan pentingnya peran generasi muda dalam menjaga dan melestarikan budaya lokal.
Ia berharap agar para pemuda Madura tidak hanya menjadi penikmat tradisi, tetapi juga turut berperan aktif dalam menjaga keberlangsungan adat istiadat yang telah diwariskan oleh para leluhur.
Menurutnya, kekuatan budaya lokal seperti Tajin Sorah adalah identitas yang harus terus dipertahankan di tengah gempuran budaya asing.
Dengan tradisi seperti ini, masyarakat Madura tidak hanya memperkuat jalinan sosial antarwarga,
tetapi juga menunjukkan bahwa warisan budaya bisa tetap eksis dan relevan di masa kini, tanpa harus meninggalkan nilai-nilai luhur yang telah menjadi bagian dari jati diri mereka.***