UMKMJATIM.COM – Kabupaten Sumenep kini dinilai tengah memasuki fase kebangkitan ekonomi yang menjanjikan.
Potensi alam yang melimpah dan dukungan kebijakan pemerintah daerah menjadikan wilayah ujung timur Pulau Madura ini sebagai salah satu tujuan investasi baru di Jawa Timur.
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur, Adik Dwi Putranto, menyampaikan bahwa Sumenep memiliki keunggulan geografis yang tidak dimiliki daerah lain.
Kombinasi antara daratan utama dan gugusan kepulauan menjadikan Sumenep sebagai kawasan dengan karakter ekonomi unik yang bisa dikembangkan secara terpadu.
Menurut Adik, Sumenep memiliki potensi lengkap yang mencakup sektor maritim, pertanian, pariwisata, hingga energi.
Ia menilai, keunggulan ini bukan sekadar peluang, tetapi momentum besar untuk membangun pusat pertumbuhan ekonomi baru di wilayah timur Jawa.
Kinerja ekonomi Sumenep pun menunjukkan tren positif. Berdasarkan data tahun 2024, pertumbuhan ekonomi daerah ini mencapai 3,77%, dan meningkat hingga 4,64% jika tanpa sektor migas.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tercatat menembus Rp45,22 triliun, menandakan produktivitas yang terus meningkat.
Peningkatan ini juga didorong oleh tingginya minat investasi di wilayah tersebut.
Selama tahun 2024, nilai investasi di Sumenep tercatat mencapai Rp2,8 triliun, sementara pada triwulan pertama 2025 sudah menembus Rp1,3 triliun.
Investasi tersebut berhasil menyerap lebih dari 5.500 tenaga kerja lokal, yang menegaskan meningkatnya kepercayaan investor terhadap potensi Sumenep.
Adik menilai keberhasilan ini tidak lepas dari peran pemerintah daerah yang pro-investor.
Pemerintah Kabupaten Sumenep diketahui telah mengeluarkan Peraturan Bupati Nomor 34 dan 35 Tahun 2024 yang memberikan insentif, kemudahan perizinan, serta perlindungan bagi pelaku usaha yang menanamkan modalnya di daerah tersebut.
Lebih lanjut, ia menyoroti beberapa sektor unggulan yang memiliki prospek pengembangan tinggi, seperti rumput laut, garam, perikanan tangkap, pariwisata kesehatan (wellness tourism), dan energi terbarukan.
Sebagai contoh, rumput laut asal Sumenep dikenal memiliki kualitas tinggi, namun masih memerlukan investasi di bidang pengolahan pascapanen agar mampu meningkatkan nilai tambah.
Begitu pula dengan industri garam — di mana PT Garam di Kalianget saat ini memproduksi sekitar 319 ribu ton per tahun.
Ia menyebut, pengembangan fasilitas refinery dan cold storage modern dapat memperkuat daya saing produk lokal di pasar nasional maupun ekspor.
Di sektor pariwisata, Gili Iyang menjadi salah satu magnet utama karena dikenal sebagai pulau dengan kadar oksigen tinggi mencapai 20,9%.
Potensi ini dinilai ideal untuk dikembangkan menjadi destinasi eco-wellness tourism kelas dunia.
Sementara itu, keberadaan Kangean Energy Indonesia (KEI) membuka peluang besar bagi sektor jasa penunjang migas dan investasi energi surya berbasis PLTS serta microgrid di kawasan kepulauan.
Momentum kebangkitan ekonomi Sumenep juga diperkuat dengan perbaikan infrastruktur transportasi dan logistik.
Bandara Trunojoyo kini kembali beroperasi dengan rute Surabaya–Sumenep sebanyak dua kali dalam seminggu.
Di sisi lain, Pelabuhan Kalianget terus dikembangkan dengan dukungan anggaran APBN 2025 senilai Rp48,5 miliar untuk memperlancar arus barang dan distribusi logistik.
Adik menegaskan bahwa tantangan utama Sumenep selama ini terletak pada keterbatasan akses transportasi.
Namun dengan peningkatan konektivitas yang tengah berjalan, ia optimistis arus investasi dan perdagangan di wilayah ini akan semakin lancar.
“Dengan dukungan kebijakan yang pro-bisnis dan infrastruktur yang membaik, Sumenep siap menjadi poros ekonomi baru Jawa Timur,” ujar Adik menutup pernyataannya.***











