UMKMJATIM.COM – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menghadirkan inovasi ramah lingkungan dengan memperkenalkan konsep agrivoltaik, yakni metode bercocok tanam di bawah panel surya (PV Panel).
Inovasi ini diperkenalkan oleh Dedet Candra Riawan, S.T., M.Sc., Ph.D., yang menjabat sebagai Koordinator Program Renewable Energy Integration Demonstrator of Indonesia (REIDI), pada Jumat (11/7/2025).
Menurut Dedet, sistem agrivoltaik ini memungkinkan lahan digunakan secara efisien dengan menggabungkan produksi energi listrik tenaga surya dan pertanian dalam satu area.
Ia menjelaskan bahwa tanaman produktif seperti sayuran dan buah-buahan dapat ditanam di bawah struktur panel surya yang dipasang setinggi kurang lebih dua meter dari permukaan tanah.
“Konsepnya adalah memanfaatkan area bawah PV panel untuk budidaya tanaman,” ujar Dedet.
Ia menyebutkan bahwa jarak antara tanah dan panel sengaja dibuat cukup tinggi agar sinar matahari masih dapat menembus dan digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis.
Tidak seperti pemasangan panel surya konvensional yang biasanya rapat dan menutup rapat permukaan tanah,
sistem agrivoltaik ini justru menyesuaikan konfigurasi panel agar tetap menyisakan celah cahaya bagi pertumbuhan tanaman di bawahnya.
Dengan begitu, vegetasi tidak hanya mendapatkan pencahayaan yang cukup, tetapi juga terlindungi dari intensitas panas berlebih yang dapat menghambat pertumbuhan.
Dedet menyebutkan bahwa pengaturan jarak ini juga memiliki manfaat lain, seperti menjaga kelembaban tanah dan mengurangi penguapan air,
yang sangat penting dalam mendukung pertanian berkelanjutan di tengah perubahan iklim.
“Model ini sangat ideal diterapkan di wilayah tropis seperti Indonesia,” tambahnya. “Kita bisa memanen energi dan hasil pertanian secara bersamaan, tanpa harus mengorbankan lahan.”
Sistem ini tidak hanya memberikan nilai tambah dalam pemanfaatan ruang, tetapi juga berkontribusi terhadap upaya transisi energi bersih dan ketahanan pangan.
Agrivoltaik menjadi jawaban atas tantangan lahan terbatas dan kebutuhan energi terbarukan yang terus meningkat.
ITS melalui program REIDI menargetkan sistem ini dapat diterapkan lebih luas, tidak hanya di lingkungan kampus,
tetapi juga di lahan-lahan pertanian produktif yang ingin bertransformasi menjadi lebih berkelanjutan.
Dedet juga memberi peneanan akan pentingnya dukungan dari berbagai pihak, termasuk di dalamnya pemerintah daerah, pelaku industri energi terbarukan, dan juga komunitas pertanian lokal, untuk upaya mengembangkan konsep ini secara masif.
Dengan menggabungkan teknologi dan pertanian, sistem agrivoltaik dipandang sebagai solusi masa depan untuk pertanian cerdas berbasis energi hijau di Indonesia.
Diharapkan inovasi ini dapat mempercepat pencapaian target pembangunan berkelanjutan di sektor pangan dan energi secara bersamaan.***