UMKMJATIM.COM – Kinerja Terminal Petikemas Nilam yang berlokasi di kawasan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya mengalami peningkatan signifikan sepanjang semester pertama tahun 2025.
Terminal yang dikelola oleh PT Terminal Teluk Lamong tersebut mencatat lonjakan arus peti kemas sebesar 10 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Kepala Terminal Petikemas Nilam, Retno Pujianto, mengungkapkan bahwa volume peti kemas yang ditangani selama enam bulan pertama tahun ini mencapai 224.402 TEUs.
Angka ini menunjukkan peningkatan dari capaian tahun lalu yang berada di angka 204.667 TEUs pada semester pertama.
Retno menjelaskan bahwa salah satu faktor utama penyebab kenaikan tersebut adalah meningkatnya arus peti kemas kosong yang dikirim dari beberapa kota besar seperti Samarinda, Banjarmasin, dan Makassar.
Menurutnya, hal ini menjadi indikator bahwa permintaan peti kemas kosong untuk pengiriman barang dari Surabaya dan wilayah Jawa Timur terus bertumbuh.
Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa sejak tahun 2022, Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah aktif menjalankan misi dagang dan investasi dengan berbagai provinsi di Indonesia.
Beberapa daerah yang menjadi mitra dalam program tersebut di antaranya Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.
Berbagai komoditas dipertukarkan dalam kerja sama dagang tersebut, seperti minyak sawit, kayu, sarang burung walet, beras, susu, semen, dan berbagai hasil pertanian serta kebutuhan pokok lainnya.
Retno menambahkan bahwa aktivitas misi dagang yang terus diperluas ini memberikan dampak nyata terhadap meningkatnya mobilitas logistik, terutama dalam sektor pengangkutan kontainer melalui jalur laut.
Aktivitas perdagangan antardaerah yang semakin aktif, kata Retno, mendorong peningkatan permintaan terhadap jasa terminal dan transportasi laut di kawasan timur Indonesia.
Bukan hanya misi dagang, faktor lain yang turut mendongkrak kinerja Terminal Petikemas Nilam adalah adanya penambahan layanan kapal adhoc.
Pada semester pertama tahun 2025, tercatat ada 29 kapal adhoc yang merapat di terminal tersebut.
Beberapa perusahaan pelayaran yang terlibat dalam layanan ini meliputi Salam Pacific Indonesia Lines, Meratus Line, Caraka Tirta Perkasa, dan Tanto Intim Lines.
Retno menilai bahwa kehadiran kapal-kapal adhoc ini menjadi bukti bahwa kolaborasi antara pihak terminal dan para pengguna jasa semakin erat dan strategis.
Kehadiran kapal tambahan tersebut secara langsung meningkatkan frekuensi bongkar muat dan volume peti kemas yang dilayani di terminal, sehingga berdampak positif terhadap pencapaian target semesteran.
Dengan tren positif ini, manajemen Terminal Petikemas Nilam optimistis dapat mempertahankan bahkan meningkatkan kinerja hingga akhir tahun.
Kolaborasi antarpemangku kepentingan, dukungan pemerintah daerah, dan respons cepat terhadap kebutuhan pasar logistik dinilai menjadi kunci keberhasilan ke depan.***