UMKMJATIM.COM – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Pasuruan terus mengembangkan berbagai program pembinaan yang bertujuan meningkatkan kemandirian warga binaan.
Salah satu program unggulan yang sedang dijalankan adalah budidaya ayam petelur, sebagai wujud nyata dukungan terhadap Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dan 13 Akselerasi Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan.
Kepala Lapas Pasuruan, Tri, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari arahan pemerintah pusat untuk memperkuat sektor produktif di lingkungan pemasyarakatan.
Ia menuturkan bahwa program tersebut bukan hanya ditujukan untuk meningkatkan produktivitas, tetapi juga membekali warga binaan dengan keterampilan agar mampu hidup mandiri setelah bebas.
Tri juga menambahkan bahwa selain budidaya ayam petelur, pihaknya mengembangkan berbagai kegiatan lain seperti pertanian kangkung, budidaya ikan nila, dan ikan lele.
Menurutnya, kegiatan tersebut dirancang agar warga binaan dapat mengenal beragam sektor usaha yang potensial ketika mereka kembali ke masyarakat.
Dalam pelaksanaan program budidaya ayam petelur ini, sekitar 10 warga binaan pemasyarakatan (WBP) dilibatkan secara langsung dalam kegiatan perawatan ayam.
Mereka mendapatkan pelatihan teknis mengenai pengelolaan kandang, pemberian pakan, dan pemeliharaan kesehatan ayam.
Salah satu warga binaan, Toni, menjelaskan bahwa hal terpenting dalam menjaga ayam petelur agar tetap produktif adalah pengaturan pakan yang tepat.
Ia menuturkan bahwa pemberian makan dilakukan dua kali sehari, yakni pada pagi dan siang hari, dengan komposisi pakan yang terdiri dari campuran jagung, konsentrat, dan katul.
Toni juga menekankan bahwa kebersihan kandang menjadi faktor penting dalam menjaga kesehatan ayam.
Ia bersama warga binaan lainnya membersihkan kandang hingga tiga kali sehari — pagi, siang, dan malam — karena kondisi kandang yang bersih dapat mencegah penyakit dan meningkatkan produktivitas ayam.
Tri menegaskan bahwa program ini tidak hanya bertujuan menghasilkan produk telur, tetapi juga menumbuhkan rasa tanggung jawab, disiplin, dan kemampuan berwirausaha di kalangan warga binaan.
Melalui kegiatan ini, mereka belajar cara mengelola sumber daya, menghitung biaya produksi, hingga memahami rantai usaha peternakan secara menyeluruh.
Menurutnya, pelatihan semacam ini merupakan bekal penting bagi warga binaan untuk kembali ke masyarakat dengan keterampilan yang bermanfaat.
Ia menilai bahwa pembinaan berbasis produktivitas mampu membantu mengurangi tingkat residivisme dan menciptakan lapangan usaha baru bagi mantan warga binaan setelah bebas nanti.
Tri juga menyampaikan bahwa pihaknya berkomitmen untuk terus memperluas kerja sama dengan berbagai pihak, baik instansi pemerintah maupun sektor swasta, agar kegiatan pembinaan ini dapat berjalan secara berkelanjutan dan berdampak luas bagi masyarakat.
Upaya yang dilakukan Lapas Pasuruan ini dinilai sebagai langkah progresif dalam dunia pemasyarakatan di Jawa Timur.
Melalui program produktif seperti budidaya ayam petelur dan pertanian, Lapas Pasuruan berhasil mengubah paradigma pembinaan dari sekadar pengawasan menjadi pemberdayaan.
Dengan pendekatan tersebut, pembinaan warga binaan tidak hanya fokus pada aspek moral, tetapi juga pada peningkatan keterampilan dan kesejahteraan ekonomi.
Program ini diharapkan dapat menjadi model pembinaan produktif nasional, di mana lembaga pemasyarakatan turut berperan dalam memperkuat ketahanan pangan sekaligus menyiapkan sumber daya manusia yang mandiri dan berdaya saing setelah kembali ke masyarakat.***