UMKMJATIM.COM – Bagi yang mencari hidangan praktis untuk berbuka puasa atau sahur, nasi cokot bisa menjadi pilihan menarik.
Hidangan khas ini dibuat oleh Ria Andriani, seorang warga Desa Mojomati, Kecamatan Jetis, Ponorogo.
Keunikan dari nasi cokot buatannya terletak pada penyajian yang dilakukan secara dadakan serta pilihan isian yang beragam.
Saat ditemui di lapaknya yang terletak di sebelah utara lampu merah Kecamatan Balong, Ria terlihat sibuk melayani pembeli yang datang silih berganti.
Bagi yang belum familiar, nasi cokot memiliki tampilan yang menyerupai burger.
Dalam penyajiannya, nasi putih diletakkan di dalam mangkuk, kemudian diisi dengan lauk sesuai selera pembeli, lalu ditutup kembali dengan nasi.
Menurut Ria, variasi menu yang tersedia sengaja dibuat beragam agar pelanggan tidak bosan.
Terdapat enam jenis isian yang bisa dipilih, antara lain ayam suwir kecap, telur orak-arik dengan sosis yang lebih cocok untuk anak-anak karena tidak pedas,
serta beberapa varian pedas seperti ayam rendang, ayam suwir pedas, ati kecap pedas, dan salem sambal kemangi.
Ia menjelaskan bahwa selama bulan Ramadhan, jumlah pembeli di lapaknya meningkat, terutama dari kalangan masyarakat yang sedang dalam perjalanan.
Nasi cokot yang praktis dikonsumsi di mana saja menjadi alasan utama mengapa banyak orang memilihnya sebagai menu berbuka puasa atau sahur.
Selain itu, ia menambahkan bahwa kemudahan dalam mengonsumsi nasi cokot membuatnya cocok bagi mereka yang sedang bepergian.
Hidangan ini bisa dinikmati saat berada di mobil, saat berhenti di rest area, atau bahkan di masjid sebelum melaksanakan ibadah.
Lapak nasi cokot Ria selalu dipadati pelanggan yang ingin mencicipi menu unik ini.
Beberapa di antaranya adalah pelanggan setia, sementara lainnya datang karena penasaran dengan konsep penyajian nasi yang berbeda dari biasanya.
Atin, seorang warga Tonatan, Ponorogo, mengaku membeli nasi cokot untuk menu sahur.
Meskipun membelinya pada sore hari, ia menyebutkan bahwa hidangan ini bisa disimpan di dalam kulkas atau di dalam magicom untuk kemudian dihangatkan kembali saat waktu sahur tiba.
Ia juga mengungkapkan bahwa nasi cokot menjadi pilihan praktis karena sudah terdiri dari nasi dan lauk dalam satu kemasan.
Menurutnya, anak-anak pun menyukai menu ini karena bentuknya yang unik dan cara penyajiannya yang mirip burger.
Ia merasa lebih praktis membeli nasi cokot daripada harus memasak sendiri, terutama saat pagi hari menjelang sahur.
Selain itu, harga yang terjangkau serta kemasan yang menarik menjadi nilai tambah dari menu ini.
Dengan harga hanya Rp5.000 per porsi, nasi cokot menjadi pilihan ekonomis bagi masyarakat yang ingin menikmati hidangan lezat tanpa harus mengeluarkan banyak biaya.
Selama bulan Ramadhan, lapak nasi cokot master milik Ria buka setiap hari mulai pukul 15.00 WIB hingga 19.00 WIB,
memberikan kesempatan bagi masyarakat Ponorogo untuk menikmati makanan yang praktis, lezat, dan mudah dibawa ke mana saja.
Dengan berbagai pilihan isian serta kemasan yang unik, nasi cokot semakin dikenal sebagai menu favorit bagi mereka yang mencari alternatif praktis untuk berbuka puasa atau sahur.
Popularitasnya yang terus meningkat membuktikan bahwa inovasi dalam dunia kuliner, terutama dalam penyajian makanan yang simpel dan praktis, tetap memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat.***