UMKMJATIM.COM – Industri wisata di Malang tengah menghadapi tantangan besar menjelang pemberlakuan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12 persen pada awal tahun depan. Selain itu, kebijakan pemerintah pusat untuk membatasi perjalanan dinas (perdin) pegawai negeri sebagai langkah penghematan semakin menambah beban bagi pelaku pariwisata.
Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Kota Malang, Baihaqi, optimistis target kunjungan wisata sebesar 3,1 juta orang tahun ini dapat tercapai. Saat ini, sudah ada 2,5 juta wisatawan yang datang, dan momentum Natal serta Tahun Baru (Nataru) diyakini akan menjadi pendorong utama.
“Kita akan mengebut penyelenggaraan event sesuai kalender kegiatan yang sudah dibuat,” ujar Baihaqi.
Untuk tahun 2025, target kunjungan wisata di Kota Malang dinaikkan menjadi 3,2 juta orang. Salah satu event besar yang diandalkan adalah Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa Timur yang diproyeksikan mendatangkan lebih dari 35.000 wisatawan.
“Kotingennya saja akan mencapai 15.000. Belum official dan penontonnya,” tambah Baihaqi.
Selain Porprov, Kota Malang telah menyiapkan kalender event tahunan dan pengembangan kampung tematik seperti Kampung Tridi, Kampung Warna Warni, Glintung Water Street (GWS), dan Kampung Tempe Sanan.
Strategi Industri Hotel dan Pariwisata
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Malang, Agoes Basoeki, menilai tahun depan akan menjadi tantangan berat bagi industri perhotelan.
”Target kami, paling tidak okupansi kamar hotel sama dengan tahun ini, 70 persen,” ungkapnya.
PHRI Kota Malang berharap sejumlah event nasional, seperti event marathon pada Januari dan agenda dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dapat meningkatkan tingkat hunian hotel.
Namun, kondisi berbeda terjadi di Kota Batu. Ketua PHRI Kota Batu, Sujud Hariadi, menyebut okupansi hotel rata-rata masih di bawah 50 persen.
”Hanya sebagian kecil yang di atas angka 50 persen, apalagi 60-70 persen. Sebagian besar masih di kisaran 30-45 persen,” katanya.
Penurunan okupansi hotel di Batu disebabkan oleh melemahnya daya beli masyarakat.
“Tahun politik sudah dilewati, tentunya dibarengi harapan perbaikan daya beli masyarakat yang signifikan,” ujar Sujud.
Berbagai strategi mulai disiapkan, seperti menambah fasilitas dan menggencarkan promosi. Selain itu, PHRI juga meminta dukungan pemerintah untuk memperbanyak penyelenggaraan event.
Harapan Kabupaten Malang
Di Kabupaten Malang, Ketua PHRI Wahyu Indrianti mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kondisi hotel bintang tiga yang tingkat okupansinya berada di bawah 40 persen.
“Bahkan, pendapatan beberapa hotel tidak bisa menutup biaya operasional,” jelas Wahyu.
Strategi hemat di tengah kenaikan PPN menjadi 12 persen dan pembatasan perdin menjadi perhatian serius bagi pelaku wisata.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang, Purwoto, berjanji akan menggenjot kunjungan wisata dengan berbagai event besar.
“Tahun ini angka kunjungan mencapai 4 juta dan sesuai target. Tahun depan kami naikkan targetnya jadi lima juta,” tegasnya.
Langkah Kreatif Pelaku Wisata
Yayuk Murniwati, pemilik biro perjalanan wisata, punya strategi khusus untuk mempertahankan pelanggannya.
”Misalnya membuat status dengan bertanya tentang kabar. Sehingga, ketika mereka ke Batu pasti akan mengabari,” tandasnya.
Dengan membidik wisatawan kelas menengah atas yang stabil terhadap perubahan harga, Yayuk tetap optimistis menghadapi tantangan tahun depan.
Kesimpulan
Meski tantangan di sektor wisata semakin besar, pelaku industri di Malang, Batu, dan Kabupaten Malang tetap optimistis. Kolaborasi pemerintah, PHRI, dan pelaku usaha menjadi kunci untuk menjaga pertumbuhan sektor pariwisata sebagai andalan ekonomi daerah