UMKMJATIM.COM – Industri songkok rumahan di Desa Pengangsalan, Kecamatan Kalitengah, Kabupaten Lamongan, mengalami peningkatan pesat dalam permintaan selama bulan Ramadan.
Niken Dwi Anggraeni, seorang pengusaha songkok rumahan, mencatat bahwa jumlah pesanan yang biasanya berkisar antara 50 hingga 100 unit per hari meningkat tajam menjadi 300 hingga 500 unit per hari.
Seiring dengan tingginya permintaan, kapasitas produksi pun turut bertambah.
Jika pada hari-hari biasa Niken hanya mampu menghasilkan sekitar 200 unit songkok per hari, maka selama bulan suci ini jumlah produksi melonjak hingga mencapai 700 unit setiap harinya.
Kondisi ini mencerminkan besarnya potensi pasar songkok, terutama saat mendekati perayaan Idul Fitri.
Menjalani bisnis ini selama beberapa tahun terakhir, Niken memanfaatkan platform digital seperti marketplace dan toko online untuk memperluas jangkauan pasarnya.
Dengan strategi pemasaran berbasis daring, produk songkok buatannya kini dapat dikirim ke berbagai daerah di Indonesia, sehingga volume penjualannya meningkat secara signifikan.
Pada hari-hari biasa, omzet yang diperoleh dari penjualan songkok berkisar antara Rp 40 juta hingga Rp 50 juta per bulan.
Namun, selama Ramadan dan menjelang Lebaran, angka tersebut mengalami lonjakan drastis hingga mencapai Rp 150 juta hingga Rp 300 juta.
Dari segi harga, produk songkok yang ditawarkan cukup terjangkau, yakni dalam rentang Rp 30.000 hingga Rp 60.000 per unit.
Harga yang kompetitif ini menjadikan produk songkok buatan Niken semakin diminati masyarakat, terutama bagi mereka yang menginginkan songkok berkualitas dengan harga yang bersahabat.
Niken berharap peningkatan permintaan yang terjadi selama Ramadan ini dapat mendorong pertumbuhan bisnisnya secara berkelanjutan.
Ia meyakini bahwa industri songkok masih memiliki peluang besar untuk terus berkembang, baik di pasar lokal maupun nasional.
Harapannya, usaha ini dapat terus bertahan dan semakin maju, tidak hanya saat menjelang Lebaran tetapi juga sepanjang tahun.
Kesuksesan usaha songkok rumahan ini membuktikan bahwa produk kerajinan tradisional masih memiliki daya saing di tengah maraknya produk industri massal.
Dengan pemasaran yang tepat dan pemanfaatan teknologi digital, usaha rumahan seperti milik Niken tetap mampu berkembang dan meraih pangsa pasar yang lebih luas.***