UMKMJATIM.COM – Para petani di Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri, menyampaikan aspirasi terkait pelaksanaan Program Serap Gabah Petani oleh Perum Bulog.
Mereka berharap program ini dapat berjalan lebih fleksibel, khususnya terkait dengan standar kadar air pada gabah yang disetor.
Hal tersebut disampaikan karena kendala cuaca yang membuat sulit bagi petani untuk menurunkan kadar air gabah sesuai batas maksimal yang ditetapkan, yakni 28 persen.
Salah satu perwakilan petani, Ida Rahmatunnisak, yang juga merupakan Ketua Kelompok Tani “Rahayu” di Dusun Tegalrejo, Desa Ngablak, Kecamatan Banyakan,
menyampaikan bahwa para petani mengalami tantangan serius saat harus memenuhi syarat mutu gabah, terutama pada musim penghujan.
Ia mengungkapkan bahwa gabah yang mereka kirim ke mitra Bulog sempat ditolak karena tidak memenuhi standar kadar air dan kebersihan, termasuk kandungan hampa dan warna gabah yang dinilai tidak sesuai.
Ida menuturkan bahwa para petani sangat mendukung program penyerapan gabah yang digagas oleh Presiden Prabowo Subianto,
terutama dengan adanya harga pembelian pemerintah (HPP) sebesar Rp6.500 per kilogram.
Tetapi, beliau memberi penekanan agar Perum Bulog maupun mitra penerima gabah tidak mengembalikan gabah yang tidak memenuhi kadar air maksimal.
Menurutnya, akan lebih adil apabila gabah dengan kadar air melebihi 28% tetap diterima meskipun dengan harga di bawah HPP, agar petani tidak menanggung kerugian biaya angkut ke gudang.
Lebih lanjut, Ida menyarankan adanya sistem penggolongan (grading) untuk gabah yang disetor petani.
Dengan sistem grade tersebut, gabah tetap dapat diterima dengan harga yang disesuaikan berdasarkan kualitas, sehingga petani tidak mengalami penolakan total atas hasil panennya.
Ia menegaskan bahwa petani bersedia menerima harga di bawah HPP selama gabah mereka tetap diserap dan tidak dikembalikan tanpa solusi.
Di sisi lain, petani dari wilayah sekitar seperti Grogol, Banyakan, dan Tarokan juga berharap agar proses penyerapan gabah bisa lebih efisien.
Salah satu usulan yang disampaikan adalah penempatan gudang mitra Perum Bulog yang lebih dekat dengan lokasi petani.
Tujuannya agar proses pengiriman lebih hemat waktu dan biaya, serta untuk menjaga kualitas gabah agar tidak rusak selama menunggu antrean panjang di gudang penerima.
Para petani menyadari bahwa program serap gabah dari pemerintah merupakan upaya besar dalam menjaga stabilitas harga beras dan mendukung swasembada pangan nasional.
Oleh karena itu, mereka ingin kebijakan teknis dalam implementasi program ini juga mempertimbangkan realitas di lapangan, terutama pengaruh iklim terhadap kualitas panen.
Dengan adanya usulan dari para petani ini, diharapkan Perum Bulog dapat mengevaluasi kembali sistem penerimaan gabah dan membuka peluang untuk menerapkan harga fleksibel berbasis kualitas.
Pendekatan seperti ini diyakini akan memberikan win-win solution antara petani dan pemerintah, serta meningkatkan efektivitas program penyerapan gabah dalam mendukung ketahanan pangan Indonesia.***