UMKMJATIM.COM – Pergerakan harga cabai di Pasar Induk Pare, Kabupaten Kediri, menunjukkan dinamika yang cukup signifikan menjelang pertengahan April 2025.
Data terbaru yang dirilis oleh Asosiasi Petani Cabai Indonesia (APCI) Kabupaten Kediri pada Minggu, 13 April 2025, mencatat adanya kenaikan harga pada beberapa jenis cabai,
terutama cabai besar dan cabai merah keriting, sementara harga cabai rawit merah justru mengalami penurunan.
Dalam laporan tersebut dijelaskan bahwa harga Cabai Merah Besar (CMB) untuk varietas Gada MK mengalami kenaikan sebesar Rp6.000 per kilogram, dari harga awal Rp25.000 menjadi Rp31.000 per kilogram.
Hal serupa juga terjadi pada varietas Imola, yang mengalami lonjakan harga dari Rp23.000 menjadi Rp29.000 per kilogram, atau naik sebesar Rp6.000.
Sementara itu, untuk jenis Cabai Merah Keriting (CMK), varietas Boos Tavi tercatat naik dari Rp42.000 menjadi Rp44.000 per kilogram, sedangkan varietas Sibad mengalami kenaikan dari Rp40.000 menjadi Rp42.000 per kilogram.
Meskipun kenaikan pada cabai keriting tidak sebesar cabai besar, namun tetap mencerminkan adanya peningkatan permintaan di pasar.
Suyono, Ketua APCI Kabupaten Kediri, menyampaikan keterangan bahwa kenaikan harga tersebut disebabkan oleh meningkatnya penyerapan cabai, khususnya ke wilayah Bali dan juga Mataram.
Ia menuturkan bahwa permintaan dari dua wilayah tersebut cukup tinggi dalam beberapa hari terakhir, terutama untuk jenis cabai besar dan keriting, yang menjadi komoditas utama dalam distribusi antardaerah.
Namun, berbeda dengan dua jenis cabai di atas, harga Cabai Rawit Merah (CRM) justru mengalami penurunan.
Varietas Ori 212 dan Brengos 99, yang sebelumnya dibanderol Rp75.000 per kilogram, kini turun sebesar Rp3.000 menjadi Rp72.000 per kilogram.
Penurunan lebih besar terjadi pada varietas Asmoro 043, yang mengalami koreksi harga dari Rp72.000 menjadi Rp68.000 per kilogram, atau turun sebesar Rp4.000.
Cabai rawit lokal asal Kediri juga mengalami penurunan harga. Dari sebelumnya Rp65.000 per kilogram, untuk saat ini menjadi Rp60.000 per kilogram, setelah mengalami penurunan sebesar Rp5.000.
Demikian pula untuk varietas Prentol/Tumi 99, yang kini dijual seharga Rp55.000 per kilogram, turun dari harga sebelumnya Rp60.000.
Dari sisi distribusi, APCI melaporkan bahwa pengiriman cabai ke wilayah Jabodetabek mencapai volume yang cukup besar.
Tercatat, masing-masing sebanyak 3 ton cabai besar dan 3 ton cabai rawit telah dikirimkan ke wilayah tersebut.
Selain itu, ada pula penyerapan cabai rawit sebanyak 3 ton untuk kebutuhan industri pengolahan cabai, serta pengiriman tambahan sebesar 2 ton cabai rawit ke wilayah Kalimantan.
Untuk mencukupi kebutuhan pasar, pasokan cabai dari berbagai daerah pun terus digalakkan.
Jumlah pasokan Cabai Rawit Merah dari wilayah Kediri, Blitar, dan Mojokerto tercatat mencapai 24 ton, menjadi angka tertinggi dalam distribusi.
Sementara itu, pasokan Cabai Merah Besar berasal dari daerah Kediri, Tuban, dan Malang dengan jumlah total 9 ton.
Sementara itu, Cabai Merah Keriting dipasok dari Kediri dan Blitar, dengan total pasokan sekitar 0,8 ton.
Pergerakan harga dan distribusi ini memperlihatkan bahwa pasar cabai di Jawa Timur, khususnya di Pasar Induk Pare, sangat responsif terhadap dinamika permintaan dari luar daerah.
Kondisi ini juga menjadi indikator penting bagi para petani dan pelaku usaha agribisnis dalam menyusun strategi produksi dan distribusi.
Kenaikan harga cabai besar dan keriting dapat menjadi peluang bagi petani untuk meningkatkan pendapatan, namun tetap perlu diwaspadai fluktuasi harga yang bisa terjadi sewaktu-waktu.
Sebaliknya, penurunan harga pada cabai rawit merah menjadi tantangan tersendiri bagi petani, terutama dalam menjaga margin keuntungan di tengah biaya produksi yang cenderung meningkat.
Perlu dicatat bahwa dinamika harga cabai sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari musim tanam, cuaca, permintaan pasar, hingga distribusi logistik.
Oleh sebab itu, pemantauan harga dan pasokan seperti yang dilakukan oleh APCI Kabupaten Kediri sangat penting untuk memastikan stabilitas harga dan ketersediaan cabai di pasar.
Sebagai komoditas yang sensitif terhadap perubahan pasokan dan permintaan, harga cabai sering menjadi perhatian utama konsumen dan pelaku pasar.
Maka dari itu, penyediaan data akurat dan transparan mengenai harga dan pasokan seperti ini sangat membantu dalam menciptakan iklim perdagangan yang sehat dan berkeadilan bagi semua pihak.***