UMKMJATIM.COM – Dampak dari kenaikan harga kelapa di sejumlah wilayah Indonesia, termasuk Sumenep, memberi dampak pasti bagi masyarakat, terutama para pelaku usaha kecil dan rumah tangga.
Dalam beberapa bulan terakhir, harga komoditas ini mengalami lonjakan signifikan akibat terbatasnya pasokan dari petani dan tingginya permintaan pasar, khususnya menjelang dan pasca Hari Raya.
Di Pasar Anom Baru, Kabupaten Sumenep, pada hari ini, Jumat, 18 April, harga kelapa utuh tercatat naik secara drastis.
Untuk kelapa berukuran kecil, harga saat ini berkisar antara Rp11 ribu hingga Rp13 ribu per butir.
Padahal harga sebelumnya masih stabil, komoditas kelapa ini masih bisa dibeli dengan kisaran harga antara Rp8 ribu sampai Rp9 ribu per butir.
Sedangkan untuk kelapa ukuran besar, harganya melonjak menjadi Rp25 ribu per butir, dari yang semula hanya Rp15 ribu.
Salah satu pedagang di pasar tersebut, Maimunah, menjelaskan bahwa kelangkaan stok terjadi karena sebagian besar petani belum aktif kembali setelah masa libur panjang.
Di sisi lain, permintaan konsumen meningkat tajam, terutama untuk kebutuhan memasak santan, membuat kue, serta untuk keperluan usaha makanan khas Lebaran.
Kombinasi dari dua faktor tersebut memicu kenaikan harga yang cukup signifikan dalam waktu singkat.
Keadaan seperti ini tentunya membuat para pedagang berada dalam posisi tertekan dan serba salah.
Mereka tidak hanya harus mencari pasokan kelapa dengan harga tinggi, tetapi juga harus menghadapi tekanan dari pelanggan yang tidak siap menerima harga baru.
Banyak konsumen tetap meminta harga lama, sementara pedagang tidak mampu menjual dengan margin tipis karena biaya modal sudah meningkat.
Yanto, pemilik usaha es di sekitar pasar, mengaku bahwa situasi ini membuatnya harus mengurangi jumlah pembelian kelapa.
Ia menyatakan bahwa pelanggan setianya belum bisa menerima kenaikan harga bahan baku, sehingga ia harus pintar-pintar mengatur strategi agar usahanya tetap berjalan.
Ketidakseimbangan antara biaya produksi dan harga jual menjadi tantangan berat bagi pelaku UMKM sepertinya.
Lonjakan harga kelapa ini bukan hanya berdampak pada pedagang dan pelaku usaha, tetapi juga menimbulkan keluhan dari masyarakat umum yang menggunakan kelapa untuk kebutuhan harian.
Konsumen berharap ada langkah konkret dari pemerintah untuk menstabilkan harga.
Hal ini dikarenakan, kelapa menjadi salah satu bahan pokok penting yang digunakan dalam berbagai jenis olahan makanan dan juga minuman, baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun sektor kuliner.
Para pelaku pasar mengharapkan adanya intervensi dari pihak berwenang, baik dalam bentuk operasi pasar maupun distribusi pasokan dari daerah penghasil kelapa ke wilayah-wilayah dengan kebutuhan tinggi.
Tanpa langkah cepat dan strategis, dikhawatirkan lonjakan harga ini akan terus berlanjut dan memicu inflasi pada sektor pangan.
Kondisi ini menandai pentingnya penguatan rantai pasok bahan pangan strategis seperti kelapa,
agar stabilitas harga bisa terjaga dan tidak memberatkan masyarakat, khususnya menjelang momentum penting seperti hari raya dan musim liburan.
Peran pemerintah, petani, serta pelaku pasar sangat dibutuhkan untuk mengatasi gejolak harga yang merugikan semua pihak.***