UMKMJATIM.COM – Memahami berbagai jenis akses modal sangat penting bagi pelaku usaha yang ingin mengembangkan bisnisnya secara berkelanjutan.
Modal usaha tidak hanya datang dari satu sumber atau dalam satu bentuk saja.
Secara umum, akses modal terbagi menjadi dua kategori utama: modal pinjaman dan modal ekuitas.
Masing-masing memiliki kelebihan, kekurangan, serta konsekuensi yang perlu dipertimbangkan matang-matang sesuai dengan kebutuhan perusahaan pada saat tertentu.
Modal pinjaman adalah dana yang harus dikembalikan dalam jangka waktu tertentu, biasanya dengan cicilan dan bunga.
Di sisi lain, modal ekuitas adalah dana yang diperoleh dengan memberikan sebagian kepemilikan perusahaan kepada investor, tanpa kewajiban pengembalian dana, namun dengan konsekuensi berbagi kendali atas perusahaan.
Dalam kategori pinjaman, tersedia beberapa jenis sesuai dengan kebutuhan dan prinsip yang digunakan.
Ada pinjaman konvensional dan pembiayaan syariah. Jenis pinjaman pun terbagi menurut tujuannya, seperti kredit investasi yang digunakan untuk membiayai kebutuhan aset jangka panjang (CAPEX),
kredit modal kerja untuk mendanai operasional (OPEX), dan invoice financing sebagai solusi pendanaan jangka pendek untuk menjaga arus kas saat pembayaran dari pelanggan belum diterima.
Sementara itu, akses modal dalam bentuk ekuitas juga menawarkan beragam pilihan.
Contohnya, modal ventura yang biasanya bersedia berinvestasi pada bisnis berisiko tinggi namun tidak mengambil alih mayoritas kepemilikan.
Lalu ada private equity yang cenderung ingin menjadi pemegang saham mayoritas untuk memiliki kontrol lebih besar.
Selain itu, beberapa perusahaan besar terkadang tertarik untuk berinvestasi atau mengakuisisi usaha kecil dan menengah yang dinilai memiliki potensi pertumbuhan luar biasa.
Di era digital, hadir pula equity crowdfunding, di mana banyak investor kecil bisa menyuntikkan dana ke sebuah bisnis melalui platform daring berbasis gotong royong.
Menentukan jenis modal yang paling tepat harus disesuaikan dengan kondisi spesifik bisnis.
Jika perusahaan hanya butuh dana sementara untuk menjaga kelancaran arus kas, maka invoice financing bisa jadi solusi praktis.
Namun, jika ingin menguasai teknologi canggih atau memperluas jaringan pasar tanpa memiliki cukup aset sebagai jaminan, maka membuka kepemilikan saham bagi perusahaan ventura atau strategis di industri yang sama bisa menjadi pilihan bijak.
Sebaliknya, bagi bisnis keluarga yang ingin tetap independen tanpa melibatkan pihak luar dalam struktur kepemilikan, pinjaman jangka panjang seperti kredit investasi dapat dipertimbangkan.
Namun jika perusahaan belum memiliki aset yang memadai sebagai jaminan, maka aset pribadi pemilik—misalnya rumah atau tanah—dapat dijadikan agunan, tentunya dengan perjanjian legal yang mengikat antara pemilik pribadi dan perusahaan.
Sebagai catatan, dalam dunia pembiayaan komersial, bank biasanya hanya akan menyetujui pinjaman maksimal 70% dari nilai aset yang diagunkan, dan nilai aset tersebut harus diverifikasi oleh tenaga penilai atau konsultan appraisal.
Memahami karakteristik setiap jenis akses modal akan membantu pelaku usaha membuat keputusan finansial yang lebih strategis dan sesuai dengan kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang perusahaan.***