UMKMJATIM.COM – Perum Bulog Subdivre Tulungagung menunjukkan progres signifikan dalam menyerap hasil panen petani pada musim tanam pertama (MT 1) tahun ini.
Hingga pertengahan Mei 2025, realisasi serapan gabah telah mencapai angka 6.000 ton dari target 7.000 ton untuk wilayah Kabupaten Tulungagung.
Dengan sisa areal panen sekitar 1.300 hektare, Bulog optimis mampu memenuhi target 100 persen.
Yonas Haryadi Kurniawan, Kepala Bulog Subdivre Tulungagung, menyebutkan bahwa pencapaian ini dipengaruhi oleh momen panen raya yang terjadi beberapa pekan terakhir.
Ia menegaskan bahwa serapan gabah masih akan terus dilakukan, mengingat masih ada sejumlah sawah yang belum dipanen.
Dengan tren tersebut, pihaknya percaya target serapan akan segera terpenuhi secara keseluruhan.
Gabah yang diserap Bulog merupakan hasil panen petani dari musim tanam pertama, yang berlangsung sejak awal tahun.
Harga gabah petani saat ini juga menunjukkan kenaikan signifikan. Pada awal musim panen, harga pasaran antara Rp5.700 – Rp5.800 per kilogram.
Akan tetapi untuk saat ini, harga telah naik ke angka Rp6.600 hingga Rp6.700 per kilogram, melewati Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang ditetapkan sebesar Rp6.500 per kilogram.
Meski harga pasar sudah melampaui HPP, Bulog tetap melakukan penyerapan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Hal ini dilakukan guna menjaga keseimbangan stok beras nasional serta memastikan keterjangkauan harga bagi masyarakat luas.
Yonas menekankan bahwa Bulog tetap menjalankan fungsinya sesuai regulasi, meski di lapangan harga gabah petani cenderung lebih tinggi.
Wilayah kerja Bulog Subdivre Tulungagung mencakup beberapa daerah di Jawa Timur, yakni Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Trenggalek, Kota Blitar, dan Kabupaten Blitar.
Total serapan gabah dari keempat daerah tersebut telah menyentuh angka 24.200 ton setara beras, atau sekitar 65 persen dari total target gabah untuk seluruh wilayah kerja.
Karena hal ini, petani lokal menyambut baik perkembangan harga gabah yang terjadi.
Misalnya Suryanto, petani asal Desa Ngunggahan, Kecamatan Bandung, Kabupaten Tulungagung.
Ia mengatakan bahwa harga gabah mengalami peningkatan karena jumlah lahan panen yang tersisa semakin sedikit.
Stok gabah yang mulai menurun ini membuat harga kian bersaing.
Suryanto berharap tren kenaikan harga gabah bisa terus berlanjut dan stabil, agar petani memperoleh keuntungan yang layak dari hasil panen mereka.
Menurutnya, stabilitas harga menjadi kunci bagi petani untuk terus semangat dalam bertani dan menjaga ketahanan pangan daerah.
Dengan kondisi panen yang masih berlangsung dan dukungan dari Bulog, sektor pertanian di Tulungagung dan sekitarnya diproyeksikan akan memberikan kontribusi yang besar dalam penyediaan stok beras nasional.***