UMKMJATIM.COM – Disebutkan bahwa Kabupaten Sidoarjo kembali mencatatkan dirinya sebagai wilayah dengan angka pengangguran terbuka (TPT) tertinggi di Provinsi Jawa Timur.
Berdasarkan laporan terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sidoarjo per Agustus 2024, tingkat pengangguran terbuka di wilayah ini mencapai 6,49 persen.
Catatan angka ini masih jauh di atas rata-rata TPT provinsi yang hanya berada di kisaran 4,19 persen.
Meskipun terjadi penurunan dari angka tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 8,05 persen, Sidoarjo tetap berada di posisi teratas dalam daftar daerah dengan jumlah pengangguran terbanyak dari total 38 kabupaten/kota di Jawa Timur.
Penurunan ini belum cukup signifikan untuk menggeser posisi Sidoarjo dari peringkat tertinggi dalam urusan pengangguran.
Salah satu temuan yang mengundang perhatian adalah tingginya kontribusi lulusan perguruan tinggi terhadap angka pengangguran tersebut.
Data menunjukkan bahwa TPT bagi lulusan universitas mencapai 7,68 persen, menjadikannya yang tertinggi di antara jenjang pendidikan lainnya.
Sementara itu, lulusan SMA yang sebelumnya menjadi penyumbang besar pengangguran, kini menunjukkan penurunan dari 11,10 persen pada 2023 menjadi 6,09 persen pada 2024.
Kepala BPS Sidoarjo, Mohamad Isma’il, menyampaikan bahwa fenomena tingginya pengangguran di kalangan sarjana terjadi karena beberapa alasan.
Yang menjadi penyebab utama, salah satunya adalah ketidaksesuaian antara keterampilan lulusan dengan kebutuhan industri.
Selain itu, karakteristik para pencari kerja muda yang cenderung lebih selektif dan memiliki ekspektasi tinggi terhadap jenis pekerjaan juga turut memperpanjang waktu tunggu mereka dalam memperoleh pekerjaan.
Menurut Isma’il, banyak lulusan perguruan tinggi yang lebih memilih menunggu pekerjaan yang sesuai dengan bidang studi mereka, daripada mengambil pekerjaan yang tidak sesuai.
Sikap ini secara tidak langsung memperlambat laju serapan tenaga kerja di pasar kerja lokal.
Kondisi ini semakin kompleks karena Sidoarjo merupakan daerah penyangga utama bagi Ibu Kota Provinsi Jawa Timur, Surabaya.
Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi mencapai 6,16 persen dan upah minimum yang relatif besar yaitu Rp4,5 juta per bulan, Sidoarjo menjadi magnet bagi pencari kerja dari berbagai daerah lain.
Akibatnya, persaingan untuk mendapatkan pekerjaan menjadi semakin ketat, dan tekanan terhadap pasar kerja lokal pun meningkat.
Di tengah tantangan tersebut, sektor industri mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan dengan menambah sekitar 10,26 ribu tenaga kerja pada tahun 2024.
Namun, sektor jasa tetap menjadi kontributor utama dalam penyerapan tenaga kerja, mencakup 63,05 persen dari total jumlah pekerja di Kabupaten Sidoarjo.
Untuk langkah strategis dalam upaya menurunkan angka pengangguran, terutama di kalangan lulusan sarjana, BPS merekomendasikan adanya peningkatan kerja sama antara dunia pendidikan dan juga industri melalui program “link and match”.
Selain itu, pelaksanaan job fair secara berkala juga dinilai penting untuk menjembatani lulusan pendidikan tinggi dengan dunia kerja.
Dirinya juga memberi penekanan akan pentingnya fleksibilitas lulusan dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan pasar kerja.
Pengembangan keterampilan tambahan yang relevan, termasuk pelatihan berbasis kompetensi, sangat diperlukan agar mereka lebih siap bersaing di dunia kerja.***