UMKMJATIM.COM – Diberitakan, serangan hama wereng yang meluas di sejumlah wilayah di Kabupaten Ponorogo mengancam produktivitas pertanian, khususnya untuk tanaman padi.
Berdasarkan data terbaru dari Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (Dispertahankan) Ponorogo, hingga awal Juli 2025, total lahan yang terdampak mencapai 89,79 hektare,
dengan sebagian di antaranya mengalami kerusakan berat hingga puso atau gagal panen.
Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Dispertahankan Ponorogo, Suwarni, menjelaskan bahwa dari total luas lahan yang terserang, sebagian besar mengalami kerusakan ringan dan sedang.
Namun, terdapat juga lahan yang mengalami kerusakan berat dengan tingkat kerusakan di atas 75 persen seluas 1,33 hektare, dan sebanyak 2,6 hektare dinyatakan puso.
Ia menyebutkan bahwa serangan wereng tahun ini dipicu oleh beberapa faktor. Curah hujan yang masih cukup tinggi di wilayah Ponorogo menjadi salah satu pemicunya.
Selain itu, penggunaan varietas padi yang tidak tahan wereng, pola tanam yang tidak seragam antarpetani, serta penggunaan pestisida yang tidak sesuai anjuran turut memperparah kondisi di lapangan.
Menurut Suwarni, upaya sebagian petani yang menyemprotkan pestisida secara berlebihan justru bisa mempercepat resistensi hama, hingga pada akhirnya bisa menyebabkan wereng lebih sulit dikendalikan.
Ia mengingatkan pentingnya penerapan pengendalian hama terpadu dan penggunaan pestisida secara bijak sesuai rekomendasi teknis.
Serangan wereng ini tidak hanya terjadi di satu wilayah, tetapi telah menyebar ke 13 kecamatan dari total 21 kecamatan di Ponorogo.
Beberapa daerah yang terdampak cukup parah antara lain Kecamatan Babadan, Jenangan, Ponorogo Kota, Jetis, Siman, Kauman, hingga Mlarak.
Untuk menghadapi kondisi ini, Dispertahankan Ponorogo berusaha mengambil langkah nyata untuk membantu petani bisa mengendalikan serangan hama.
Suwarni menyampaikan bahwa pihaknya telah mendistribusikan sekitar 340 liter pestisida ke berbagai wilayah terdampak.
Selain itu, tim POPT juga diterjunkan langsung ke lapangan guna memberikan pendampingan teknis dan edukasi kepada para petani.
Dirinya berharap bantuan pestisida ini bisa membantu meringankan beban petani yang lahannya terdampak serangan.
Meski demikian, ia mengakui bahwa sebagian besar petani telah berupaya secara mandiri melakukan pengendalian dengan sumber daya yang mereka miliki.
Dispertahankan Ponorogo mengimbau agar petani tetap waspada dan melakukan pemantauan rutin terhadap lahan mereka, terutama pada musim tanam mendatang.
Pendekatan berbasis komunitas dan kerja sama antarkelompok tani juga dinilai penting agar pola tanam bisa lebih terkoordinasi dan serangan hama dapat diminimalisasi.
Dengan sinergi antara pemerintah dan petani, diharapkan produksi padi di Ponorogo dapat tetap stabil meskipun menghadapi tantangan dari hama wereng yang semakin agresif.***