UMKMJATIM.COM – Seorang petani asal Desa Petung, Kecamatan Curahdami, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, berhasil menunjukkan inovasi di bidang pertanian melon.
Teguh Yudi Cahyono, lulusan Elektronika Industri Universitas Brawijaya, memanfaatkan lahan pribadinya seluas 1.000 meter persegi untuk membangun enam unit green house yang masing-masing memiliki luas 150 meter persegi.
Walaupun berkecimpung dalam budidaya melon masih dalam hitungan baru satu tahun, Teguh sudah rutin mendistribusikan hasil panennya ke supermarket di Jember, Surabaya, hingga Denpasar.
Pengiriman dilakukan setiap dua pekan dengan jumlah yang stabil.
Teguh mengatakan bahwa pemanfaatan green house bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan juga mengurangi risiko serangan hama.
Green house tertutup membuat hama tidak mudah masuk dibandingkan tanaman yang tumbuh di lahan terbuka.
Lewat metode ini, perbandingan hasil panen bisa tiga kali lipat lebih tinggi daripada budidaya secara konvensional.
Dalam proses penyiraman dan pemberian nutrisi, Teguh memanfaatkan kontrol panel tenaga surya buatannya sendiri.
Sistem tersebut berhasil ia rakit hanya dalam waktu 1–2 jam. Panel tenaga surya ini terhubung dengan pipa dan selang kecil yang mengalirkan air dari tandon bawah tanah langsung ke tanaman melon di dalam green house.
Penyiraman dilakukan melalui tetesan air yang diatur sesuai kebutuhan tanaman.
Teguh mengungkapkan bahwa takaran air sangat penting karena melon rentan terhadap penyakit jika terlalu banyak atau terlalu sedikit disiram.
Dengan teknologi ini, ia memastikan kelembapan lahan tetap optimal sepanjang musim tanam.
Selain air, sistem kontrol panel juga diaplikasikan untuk mendistribusikan pupuk cair.
Campuran nutrisi ditempatkan dalam tandon khusus dan dialirkan langsung ke setiap tanaman menggunakan jalur pipa yang sama.
Teguh mengatakan, cara ini membuatnya lebih mudah mengatur dosis pupuk sehingga kualitas buah tetap konsisten.
Melalui kombinasi penggunaan green house dan teknologi kontrol panel tenaga surya, Teguh mengklaim produktivitas kebunnya jauh lebih tinggi.
Setiap panen, ia mampu menghasilkan 800 kilogram hingga satu ton buah melon dari satu unit green house berukuran 150 meter persegi.
Jenis melon yang dibudidayakan di kebunnya adalah Lavender dan Sweet Net, dengan jarak tanam berbeda sekitar dua minggu.
Menurut Teguh, jika menanam di luar ruangan, hasil panen sangat bergantung pada cuaca.
Namun, di dalam green house, kondisi dapat dikendalikan sehingga hasil lebih stabil.
Meski mengandalkan teknologi, Teguh tetap memberdayakan lima warga sekitar.
Mereka membantu proses penyerbukan bunga, memantau pertumbuhan tanaman, memotong pucuk, memanen buah, serta menjaga area kebun di malam hari.
Teguh menegaskan, meskipun sebagian pekerjaan bisa dilakukan otomatis, ia tetap ingin menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat setempat.
Soal distribusi, saat ini melon produksinya telah dipasok ke berbagai supermarket di Denpasar, Jember, dan Surabaya. Permintaan dari pasar pun cukup tinggi.
Contohnya, satu supermarket di Jember rutin memesan 70 kilogram dua kali setiap minggu, sementara pembeli di Surabaya meminta pasokan sekitar satu ton per minggu.
Meskipun mulai ada tawaran ekspor, Teguh mengaku belum siap memenuhi permintaan internasional.
Ia beralasan, perluasan lahan dan pengadaan fasilitas tambahan seperti green house dan media tanam memerlukan investasi besar, yakni sekitar Rp400 juta untuk setiap 0,1 hektar.
Dengan inovasi kontrol panel tenaga surya yang efisien dan konsistensi menjaga kualitas, Teguh berharap budidaya melon miliknya bisa menjadi inspirasi petani lain di Bondowoso dan sekitarnya.***