UMKMJATIM.COM – Pemerintah Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, memberikan dukungan terhadap inisiatif kreatif dari pemuda daerah yang berhasil mengolah limbah kepala udang dan cangkang kepiting menjadi pupuk cair organik.
Inovasi ini dinilai sebagai langkah positif untuk mendukung pertanian berkelanjutan sekaligus mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dispertangan) Situbondo, Dadang Aries Bintoro, mengungkapkan bahwa kondisi lahan pertanian saat ini mengalami penurunan kesuburan akibat penggunaan pupuk kimia secara berlebihan.
Ia memberikan penegasan bahwa pemerintah daerah kini fokus menjalankan program prioritas “Mandiri Pupuk” yang digagas oleh Bupati Situbondo, Yusuf Rio Wahyu Prayogo.
Dadang menyebutkan bahwa solusi utama dalam program tersebut adalah mendorong penggunaan pupuk organik oleh petani.
Salah satu upaya nyata yang dilakukan yakni melalui pelatihan pembuatan pupuk organik yang diberikan kepada para petani.
Ia juga menyatakan akan menginstruksikan para penyuluh pertanian lapangan (PPL) untuk melakukan observasi langsung terhadap pupuk cair hasil inovasi pemuda dari Desa Klatakan, Kecamatan Kendit.
Pihak Dispertangan, lanjutnya, ingin memastikan kualitas dan efektivitas kandungan pupuk sebelum diaplikasikan secara luas.
Jika hasil uji lapangan dan analisis kandungan menunjukkan hasil positif, maka pemerintah akan mendukung pengembangan lebih lanjut dari produk tersebut.
Namun demikian, menurutnya, diperlukan kajian dan penelitian mendalam untuk menjamin keamanan dan manfaat jangka panjang.
Inovator pupuk organik tersebut adalah Hasan Basri, pemuda asal Desa Klatakan.
Ia telah mengembangkan pupuk cair dari limbah kepala udang dan cangkang kepiting selama satu tahun terakhir.
Menurut Hasan, produk tersebut terdiri atas dua varian utama, yaitu nano urea dan nano chitosan, yang masing-masing memiliki kandungan hara dan bioaktivator untuk pertumbuhan tanaman.
Hasan menjelaskan bahwa pupuk organik cair buatannya telah diuji coba pada tanaman tebu dan cabai.
Hasil yang diperoleh sangat menggembirakan, dengan pertumbuhan tanaman yang jauh lebih subur dan hasil panen meningkat.
Ia juga menyebutkan bahwa penggunaan pupuk ini sangat efisien karena hanya memerlukan sekitar dua liter untuk setiap hektare lahan.
Aplikasi pupuk dilakukan dengan melakukan konsep penyemprotan langsung ke daun, sehingga bisa lebih hemat dibandingkan pupuk konvensional yang ditebar di atas permukaan tanah.
Lebih lanjut, Hasan berharap inovasi ini dapat menjadi solusi alternatif di tengah mahalnya harga pupuk kimia dan keterbatasan pasokan pupuk subsidi.
Ia menilai bahwa potensi limbah perikanan di wilayah pesisir Situbondo sangat besar dan belum dimanfaatkan secara optimal.
Dengan adanya dukungan dari pemerintah, diharapkan pupuk organik berbahan limbah udang ini bisa dikembangkan secara massal dan menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan produktivitas pertanian sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.***