UMKMJATIM.COM – Program ketahanan pangan yang digagas pemerintah kini semakin luas implementasinya, termasuk di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Madiun.
Pada Sabtu, 13 September 2025, warga binaan pemasyarakatan (WBP) berhasil melakukan panen ribuan ekor ikan lele.
Kegiatan tersebut menjadi bukti nyata bahwa pembinaan di dalam lapas tidak hanya sebatas pendidikan rohani, tetapi juga pembekalan keterampilan yang mendukung kemandirian.
Kalapas Kelas I Madiun, Andi Wijaya Rivai, menjelaskan bahwa program budidaya lele merupakan bagian dari pembinaan kemandirian.
Menurutnya, WBP diajarkan berbagai aspek penting dalam perikanan, mulai dari perawatan, pemberian pakan, hingga teknik panen yang sesuai standar.
Ia menegaskan bahwa hasil panen ini merupakan wujud kerja keras dan kesungguhan para warga binaan dalam mengikuti program pembinaan.
Andi menekankan bahwa program perikanan tidak hanya memberi dampak positif bagi lapas, tetapi juga mendukung program ketahanan pangan nasional yang menjadi salah satu prioritas Asta Cita Presiden dan Akselerasi Menteri Imigrasi serta Pemasyarakatan.
Dengan adanya kegiatan ini, Lapas I Madiun tidak hanya berfungsi sebagai tempat pembinaan, tetapi juga ikut berkontribusi dalam ketersediaan pangan, khususnya di sektor perikanan.
Lebih dari itu, kegiatan ini dipandang penting dalam membentuk mental kemandirian dan produktivitas bagi warga binaan.
Keterampilan praktis seperti budidaya lele diharapkan dapat dijadikan modal setelah mereka bebas dan kembali ke masyarakat.
Dengan begitu, WBP bisa memiliki bekal usaha mandiri yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Program panen ikan lele di Lapas I Madiun juga menunjukkan bahwa pembinaan berbasis keterampilan dapat berjalan seiring dengan program pemerintah dalam mencetak sumber daya manusia unggul dan berdaya saing.
Kegiatan ini bukan hanya sekadar rutinitas, tetapi juga bentuk nyata sinergi antara lapas dengan agenda pembangunan nasional.
Andi menambahkan, keberhasilan panen ribuan ikan lele ini menjadi simbol keberhasilan pembinaan yang berorientasi pada hasil nyata.
WBP tidak hanya memperoleh pengalaman langsung dalam beternak ikan, tetapi juga belajar mengenai manajemen usaha sederhana yang bisa diaplikasikan setelah bebas nanti.
Antusiasme warga binaan juga terlihat dari pernyataan salah satu peserta program, berinisial AG.
Ia mengaku senang dapat terlibat langsung dalam budidaya ikan lele dan menyebut pengalaman tersebut sebagai bekal berharga untuk masa depan.
AG menyampaikan harapannya agar ilmu yang didapat bisa dimanfaatkan ketika kembali ke masyarakat.
Menurutnya, kesempatan ini bukan hanya membuat mereka produktif di dalam lapas, tetapi juga memberi semangat baru untuk memulai kehidupan yang lebih baik setelah bebas.
Program budidaya lele di Lapas Kelas I Madiun menjadi salah satu contoh nyata keberhasilan integrasi antara pembinaan warga binaan dengan agenda pemerintah di bidang ketahanan pangan.
Dengan bekal keterampilan praktis yang diperoleh, para WBP memiliki peluang lebih besar untuk mandiri, berdaya saing, dan berkontribusi positif setelah kembali ke masyarakat.***