UMKMJATIM.COM – Kecamatan Wonosalam kembali membuktikan diri sebagai salah satu pusat hortikultura utama di Kabupaten Jombang.
Kawasan berhawa sejuk yang terletak di lereng Gunung Anjasmoro ini tidak hanya terkenal sebagai penghasil durian unggulan, tetapi juga menjadi daerah penyumbang terbesar produksi buah salak di kabupaten tersebut.
Data terbaru dari Dinas Pertanian Kabupaten Jombang menunjukkan bahwa produksi salak pada tahun 2024 mencapai 61.156 kuintal.
Angka ini melonjak signifikan dibandingkan tahun 2023 yang hanya sebesar 24.161 kuintal.
Sementara hingga September 2025, jumlah produksi telah tercatat mencapai 5.454 kuintal dan masih berpotensi bertambah seiring dengan proses pendataan yang belum sepenuhnya rampung.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Jombang, M. Rony, menjelaskan bahwa capaian tersebut menjadi indikator kuat bahwa potensi komoditas salak di wilayah Wonosalam masih sangat besar untuk terus dikembangkan.
Ia menilai hasil panen yang meningkat menunjukkan komitmen petani serta efektivitas berbagai program pendukung yang dijalankan oleh pemerintah daerah.
Dari total 21 kecamatan di Kabupaten Jombang, Wonosalam tercatat sebagai wilayah dengan kontribusi terbesar terhadap produksi salak daerah.
Setelah Wonosalam, posisi berikutnya ditempati oleh Kecamatan Tembelang, Bareng, dan Diwek.
Kondisi agroklimat yang ideal serta kemampuan petani dalam mengelola lahan menjadi faktor penting yang mendukung tingginya produktivitas tersebut.
Rony menuturkan bahwa meskipun luas area tanam mengalami penurunan dalam tiga tahun terakhir, kualitas dan kuantitas hasil panen masih tetap stabil.
Luas tanam salak yang semula mencapai 171.887 hektare pada 2023 kini berkurang menjadi sekitar 117.210 hektare pada 2025.
Namun, dengan penerapan teknik budidaya yang lebih efisien, produktivitas tanaman tidak ikut menurun.
Dinas Pertanian Jombang, lanjut Rony, terus menjalankan berbagai program strategis guna mempertahankan sekaligus meningkatkan hasil produksi hortikultura, khususnya untuk komoditas salak.
Program-program tersebut meliputi pelatihan sekolah lapang hortikultura bagi petani, pemberian bantuan bibit unggul, penyediaan alat pertanian modern, serta pendampingan teknis dalam pengelolaan pascapanen.
Selain itu, pemerintah daerah juga tengah mengupayakan pengajuan sertifikasi Indikasi Geografis (IG) untuk komoditas khas Wonosalam seperti salak dan kopi excelsa.
Upaya ini diharapkan dapat memperkuat daya saing produk hortikultura lokal di pasar nasional maupun internasional dengan memberikan identitas khusus yang diakui secara hukum.
Rony menambahkan bahwa pengembangan hortikultura di Wonosalam tidak hanya berfokus pada peningkatan hasil produksi, tetapi juga pada nilai tambah ekonomi bagi masyarakat setempat.
Dengan adanya pelatihan dan dukungan berkelanjutan, petani diharapkan mampu mengelola hasil panen menjadi produk olahan bernilai jual tinggi, seperti salak manisan, keripik salak, dan minuman fermentasi berbasis buah lokal.
Pemerintah Kabupaten Jombang menegaskan komitmennya untuk terus mendampingi petani dalam mengembangkan sektor hortikultura yang berkelanjutan.
Melalui dukungan kebijakan, teknologi, dan akses pasar yang lebih luas, Wonosalam diharapkan mampu mempertahankan reputasinya sebagai ikon pertanian unggulan di Jawa Timur.
Dengan potensi yang terus meningkat, salak Wonosalam kini tidak hanya menjadi kebanggaan masyarakat setempat, tetapi juga simbol keberhasilan pertanian rakyat yang mandiri dan berdaya saing tinggi di tingkat nasional.***











