UMKMJATIM.COM – Memasuki hari keenam setelah Lebaran, suasana di sentra oleh-oleh kawasan Pakelan, Kota Kediri, Jawa Timur, tampak begitu padat oleh kehadiran pemudik.
Lokasi yang tidak jauh dari Kelenteng Tjoe Hwie Kiong ini menjadi salah satu destinasi favorit bagi para perantau yang hendak kembali ke kota asal setelah merayakan Idulfitri di kampung halaman.
Mayoritas pengunjung merupakan warga dari luar kota yang menjadikan kegiatan berbelanja oleh-oleh sebagai penutup tradisi mudik mereka.
Salah satunya adalah Dian Kridawati (41), warga Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Ia mengungkapkan bahwa setiap tahun, kunjungan ke Kediri selalu diakhiri dengan membeli buah tangan untuk dibawa pulang.
Menurutnya, membawa oleh-oleh untuk keluarga telah menjadi semacam kewajiban, namun yang paling banyak justru berasal dari titipan rekan kerja di kantornya.
Pada tahun ini, Dian tidak membeli tahu kuning karena dirinya baru akan kembali bekerja pada tanggal delapan April, sehingga mempertimbangkan daya tahan makanan.
Bersama sang suami, ia lebih memilih camilan seperti keripik tahu, stik tahu, dan kerupuk pasir atau yang dikenal dengan nama opak upil.
Camilan tersebut dipilih karena anak-anak mereka lebih senang mengemil stik tahu saat menempuh perjalanan jauh, sedangkan sang suami lebih menyukai opak upil rasa pedas sebagai teman berkendara agar tetap terjaga.
Sementara itu, Yekti Indriyani (44), warga Kepanjen, Kabupaten Malang, tampak membawa cukup banyak tahu kuning dalam kemasan tradisional besek, yakni wadah dari anyaman bambu.
Ia mengatakan sebagian besar belanjaannya merupakan titipan dari tetangga dan kerabat, meskipun ada pula yang dibeli untuk konsumsi pribadi.
Yekti baru saja pulang dari kediaman mertuanya di Kota Kediri dan memastikan bahwa tahu yang dibelinya masih dalam kondisi segar, sehingga aman dibawa dalam perjalanan dan dapat tahan lama.
Keramaian tak hanya terjadi di pusat oleh-oleh saja.
Di sepanjang trotoar kawasan Pakelan, sejumlah pedagang makanan khas Kediri juga turut diserbu pembeli.
Salah satu yang menarik perhatian adalah lapak sate bekicot 02, yang dikenal sebagai ikon kuliner khas Kediri.
Hendro Lukito (59), warga Sidoarjo, menjadi salah satu pelanggan setia sate bekicot tersebut.
Ia mengungkapkan bahwa setiap kali berkunjung ke Kediri, dirinya tidak pernah absen membeli sate bekicot 02 untuk dibawa pulang.
Bahkan, menurutnya, mengonsumsi sate bekicot menjadi bagian dari pengobatan alternatif untuk penyakit asma yang dideritanya.
Fenomena ramainya pusat oleh-oleh dan pedagang kuliner khas daerah ini mencerminkan antusiasme pemudik dalam menjaga tradisi serta kepedulian mereka untuk membawa pulang kenangan manis dari kampung halaman.
Aktivitas tersebut juga menjadi berkah tersendiri bagi para pelaku usaha lokal, yang mendapat lonjakan penjualan selama musim Lebaran.***