UMKMJATIM.COM – Produksi padi dan beras di Kota Malang menunjukkan tren positif pada tahun 2024 meskipun mengalami penurunan dalam hal luas lahan panen.
Berdasarkan data resmi yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, terjadi peningkatan hasil produksi dibandingkan dengan tahun sebelumnya, baik dari segi tonase padi Gabah Kering Giling (GKG) maupun beras untuk kebutuhan konsumsi masyarakat.
Berdasarkan catatan BPS, luas panen padi di Kota Malang pada tahun 2024 mencapai 1.610,91 hektare.
Angka ini mengalami penurunan sebesar 21,97 hektare atau sekitar 1,35 persen jika dibandingkan dengan tahun 2023 yang memiliki luas panen sebesar 1.632,88 hektare.
Meskipun demikian, hasil produksi justru mengalami peningkatan signifikan.
Produksi padi GKG pada tahun 2024 tercatat sebanyak 10.496,65 ton.
Angka tersebut mengalami kenaikan sebesar 178,08 ton atau sekitar 1,73 persen dibandingkan produksi pada tahun sebelumnya yang berjumlah 10.318,57 ton.
Fakta ini menunjukkan bahwa meskipun lahan panen menyusut, efektivitas dan produktivitas hasil panen mampu meningkat.
Kepala BPS Kota Malang, Umar Sjaifudin, menjelaskan bahwa metode perhitungan produksi padi dilakukan dengan cara mengalikan luas panen dengan angka produktivitas per hektare.
Model perhitungan ini mengintegrasikan dua pendekatan pengumpulan data yang telah disesuaikan untuk memperoleh hasil yang akurat dan dapat diandalkan.
Peningkatan produksi tidak hanya terjadi pada padi GKG, namun juga tercermin pada hasil akhir berupa beras konsumsi.
Sepanjang tahun 2024, produksi beras yang diperuntukkan bagi konsumsi masyarakat mencapai angka 6.060,97 ton.
Ini menunjukkan peningkatan sebanyak 102,81 ton atau sekitar 1,73 persen dibandingkan dengan jumlah produksi tahun 2023 yang berada pada angka 5.958,16 ton.
Data ini memberikan gambaran bahwa efektivitas pertanian di Kota Malang mengalami peningkatan meskipun lahan yang tersedia untuk pertanian padi berkurang.
Hal ini bisa jadi dipengaruhi oleh penggunaan bibit unggul, penerapan teknologi pertanian yang lebih baik, serta sistem pengelolaan lahan dan irigasi yang semakin optimal.
Kondisi ini menjadi sinyal positif dalam mendukung ketahanan pangan di tingkat kota, sekaligus membuktikan bahwa luas lahan bukan satu-satunya indikator utama dalam keberhasilan pertanian.
Kualitas pengelolaan, pemilihan varietas padi, serta dukungan dari teknologi dan sumber daya manusia menjadi faktor penting yang berkontribusi terhadap hasil yang dicapai.
Secara keseluruhan, capaian produksi padi dan beras Kota Malang pada tahun 2024 menjadi bukti bahwa sektor pertanian tetap tangguh meski menghadapi keterbatasan lahan.
Upaya penguatan di sisi produktivitas perlu terus didorong agar pertanian tetap menjadi pilar penting dalam menunjang kebutuhan pangan lokal dan mendukung program nasional swasembada pangan.***