UMKMJATIM.COM – Angka kemiskinan yang tinggi di wilayah Madura masih menjadi tantangan serius yang perlu segera diatasi.
Pemerintah daerah di empat kabupaten di Madura disarankan untuk lebih memanfaatkan potensi lokal agar laju kemiskinan dapat dikendalikan dan kesejahteraan masyarakat meningkat.
Pengamat ekonomi sekaligus Dosen Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Jakfa Sadik, menyampaikan bahwa Madura masih mencatat tingkat kemiskinan yang cukup tinggi dibandingkan rata-rata regional Jawa Timur.
Merujuk pada data Badan Pusat Statistik tahun 2024, dirinya menyebutkankan bahwa angka kemiskinan di wilayah Bangkalan mencapai 18,66 persen, wilayah Sampang 20,83 persen, wilayah Pamekasan 13,41 persen, dan juga wilayah Sumenep 17,08 persen.
Sementara itu, tingkat kemiskinan di Jawa Timur secara umum tercatat sebesar 9,56 persen.
Kondisi ini menurutnya perlu menjadi perhatian serius dari pemerintah daerah setempat.
Untuk menekan angka kemiskinan tersebut, Jakfa menyarankan agar kabupaten-kabupaten di Madura mengoptimalkan sektor pertanian sebagai salah satu kekuatan lokal.
Ia menilai, pengembangan sektor pertanian dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah, menciptakan lapangan kerja baru, dan secara langsung meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Namun, ia juga menyoroti sejumlah kendala lokal yang perlu diatasi. Salah satu masalah utama adalah keterbatasan sumber daya alam, terutama terkait dengan kualitas lahan pertanian yang kurang subur.
Banyak lahan di Madura, menurutnya, masih sangat bergantung pada curah hujan dan belum menerapkan teknik pertanian modern.
Cara bercocok tanam yang masih tradisional membuat hasil pertanian kurang maksimal dan tidak efisien.
Jakfa menekankan pentingnya penerapan teknologi di bidang pertanian untuk meningkatkan produktivitas.
Ia menjelaskan bahwa sentuhan teknologi dapat membawa perubahan besar, termasuk dalam hal pengurangan biaya produksi, peningkatan efisiensi kerja, dan mempercepat masa panen.
Dengan adopsi teknologi pertanian modern, produktivitas petani diyakini akan jauh lebih baik dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi desa.
Selain tantangan di sektor pertanian, Jakfa juga mengungkapkan faktor sosial lain yang turut mempengaruhi tingginya angka kemiskinan di Madura.
Berdasarkan hasil riset, banyak warga Madura yang memilih merantau ke kota-kota besar dan enggan kembali ke daerah asal.
Fenomena ini menyebabkan kurangnya sumber daya manusia berkualitas di desa-desa, yang pada akhirnya memperparah kondisi kemiskinan di kawasan pedesaan.
Ia menegaskan pentingnya pemerintah daerah untuk menciptakan iklim ekonomi yang lebih menarik di desa, agar para pekerja muda dan berpotensi tinggi mau kembali dan berkontribusi membangun daerahnya sendiri.
Dengan pengembangan potensi lokal yang serius dan penerapan teknologi tepat guna, Madura diyakini bisa mempercepat laju pertumbuhan ekonominya dan menekan angka kemiskinan secara berkelanjutan.***