UMKMJATIM.COM – Disebutkan bahwa stabilitas harga cabai di Kabupaten Kediri menjadi kabar baik bagi konsumen dan petani.
Berdasarkan laporan yang dirilis oleh Asosiasi Petani Cabai Indonesia (APCI) Kabupaten Kediri pada Minggu, 4 Mei 2025,
harga berbagai macam cabai di Pasar Induk Pare diketahui tidak mengalami lonjakan yang berarti, walau terjadi sedikit penurunan pada jumlah pasokan yang terjadi.
Harga cabai rawit merah (CRM) untuk varietas Ori 212 dan Brengos 99 masing-masing tercatat berada di angka Rp28.000 per kilogram.
Sedangkan varietas Asmoro 043 diperdagangkan dengan harga Rp24.000 per kilogram.
Untuk cabai lokal Kediri dan jenis Prentol atau Tumi 99, keduanya dijual dengan harga Rp18.000 per kilogram.
Ketua APCI Kabupaten Kediri, Suyono, menjelaskan bahwa kondisi harga yang cenderung stabil ini disebabkan oleh keseimbangan antara permintaan dan ketersediaan di pasar,
meskipun terdapat sedikit penurunan dalam jumlah pasokan dari beberapa daerah penghasil.
Di sisi lain, harga cabai merah besar (CMB) juga menunjukkan kestabilan.
Varietas Gada MK dijual dengan harga Rp24.000 per kilogram, sementara varietas Imola sedikit lebih murah, yaitu Rp22.000 per kilogram.
Untuk jenis cabai merah keriting, varietas Boos Tavi dipasarkan pada range harga Rp29.000 per kilogram, sedangkan untuk varietas Sibad di angka Rp27.000 per kilogram.
Distribusi cabai dari Kediri tidak hanya mencakup pasar lokal Jawa Timur, tetapi juga menyasar wilayah Jabodetabek dan Kalimantan.
Berdasarkan data pengiriman cabai besar sebanyak 3 ton dan cabai rawit 3 ton dikirim ke wilayah Jabodetabek.
Selain itu, permintaan dari industri turut menyerap cabai dalam jumlah besar, yaitu 4 ton untuk cabai besar dan 6 ton untuk cabai rawit.
Untuk pasar Kalimantan, cabai rawit menjadi komoditas dengan volume pengiriman terbesar, yaitu mencapai 12 ton.
Sementara itu, cabai merah keriting dikirim sebanyak 0,6 ton dan cabai besar sebanyak 0,5 ton.
Angka ini menunjukkan bahwa permintaan cabai dari luar Pulau Jawa tetap tinggi, terutama menjelang pertengahan tahun ketika konsumsi masyarakat meningkat.
Pasokan cabai rawit merah ke Pasar Induk Pare berasal dari berbagai wilayah, antara lain Kediri, Blitar, dan Malang.
Jumlah total pasokan dari ketiga daerah tersebut mencapai 32 ton.
Sebagai catatan, cabai merah besar, suplai berasal dari daerah Kediri dan juga Malang dengan total pasokan mencapai angka 10 ton.
Dan untuk cabai merah keriting didatangkan dari wilayah Kediri dengan total pasokan sebanyak 1,5 ton.
Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun pasokan dari beberapa daerah penghasil mengalami penurunan, namun volume keseluruhan masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal maupun regional.
Stabilitas harga cabai tentunya menjadi pertanda positif bagi para pelaku usaha, khususnya untuk sektor kuliner dan juga sektor industri makanan yang bergantung pada bahan baku cabai.
Selain itu, keberhasilan dalam menjaga kestabilan harga dan distribusi komoditas hortikultura ini turut menunjukkan peran strategis APCI dan para petani dalam menjaga ketahanan pasokan pangan nasional.
Efisiensi dalam jalur distribusi serta koordinasi yang baik antar daerah penghasil turut berkontribusi terhadap kondisi harga yang relatif terkendali.
Pasar Induk Pare sebagai pusat perdagangan cabai di wilayah Kediri juga memainkan peranan penting.
Aktivitas distribusi yang terorganisir dan informasi harga yang transparan membuat pasar tetap kompetitif dan adil bagi semua pihak.
Baik petani, pedagang, maupun pembeli dapat menyesuaikan strategi usaha mereka dengan dinamika pasar yang ada.
Meskipun situasi saat ini tergolong stabil, para pelaku usaha pertanian dan perdagangan tetap diminta untuk waspada terhadap potensi perubahan cuaca, serangan hama, atau gangguan distribusi yang bisa memengaruhi harga dan pasokan.
Koordinasi lintas sektor dan dukungan dari pemerintah daerah menjadi kunci dalam menjaga kelancaran rantai pasok.
Ke depan, APCI Kabupaten Kediri bersama stakeholder terkait berkomitmen untuk terus memantau dinamika harga dan distribusi cabai guna menghindari fluktuasi tajam yang bisa merugikan konsumen maupun petani.
Upaya peningkatan produktivitas, efisiensi distribusi, dan akses pasar menjadi fokus utama dalam menjaga keberlanjutan sektor pertanian cabai di wilayah tersebut.***