UMKMJATIM.COM – Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian atau DKPP Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur mencatat adanya peningkatan signifikan dalam luasan lahan tembakau di wilayah tersebut sepanjang tahun 2024.
Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terdapat penambahan sekitar 3.000 hektare lahan yang digunakan untuk budidaya tanaman tembakau.
Menurut pernyataan Imam Nur Hamid, Kepala Bidang Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan DKPP Bojonegoro, minat petani terhadap penanaman tembakau pada tahun 2024 mengalami lonjakan yang cukup tinggi.
Imam menjelaskan bahwa pada 2023 luas lahan tembakau berada di angka 12 ribu hektare, namun pada tahun ini meningkat hingga mencapai 15.959 hektare.
Faktor utama yang mendorong peningkatan ini adalah harga jual tembakau yang membaik.
Harga tembakau rajangan mengalami tren positif, selama dua tahun terakhir.
Jika sebelumnya harga berkisar di bawah Rp30 ribu per kilogram, kini harga tembakau rajangan telah menembus angka Rp50 ribu per kilogram, yang tentunya memberikan insentif ekonomi besar bagi para petani lokal.
Wilayah Sentra Tembakau Bojonegoro dan Jenis yang Ditanam
Imam juga menyebutkan bahwa sebagian besar penanaman tembakau tersebar di sejumlah kecamatan yang telah lama dikenal sebagai sentra tembakau di Bojonegoro.
Yang meliputi Kecamatan Temayang, Kepohbaru, Kanor, Baureno, Sugihwaras, Kedungadem, Sukosewu, dan Kecamatan Purwosari.
Akan tetapi hal menariknya adalah hampir seluruh wilayah kecamatan di Bojonegoro turut menanam tembakau pada 2024, dengan satu pengecualian, yakni Kecamatan Bojonegoro yang tidak memiliki areal tembakau.
Hal ini menunjukkan bahwa komoditas ini mulai menjangkau wilayah yang sebelumnya tidak aktif dalam produksi tembakau.
Mayoritas petani Bojonegoro diketahui memilih untuk menanam tembakau jenis virginia, sebuah varietas yang cocok ditanam di kontur tanah wilayah tersebut.
Selain karena kesesuaian tanah, jenis virginia juga dikenal memiliki nilai jual yang lebih tinggi di pasar industri rokok.
Proyeksi Luasan Tembakau di Tahun 2025 Masih Belum Pasti
Meski tahun 2024 mencatatkan peningkatan luas lahan, Imam mengungkapkan bahwa untuk tahun 2025 pihaknya belum dapat memastikan apakah tren ini akan berlanjut.
Pasalnya, pada saat ini proses budidaya masih berada pada tahap persemaian bibit.
Luas area tanam baru bisa diketahui dengan lebih akurat setelah memasuki bulan Juli hingga Agustus, saat masa tanam dimulai.
Imam menegaskan bahwa luasan lahan bisa saja bertambah, namun juga tidak menutup kemungkinan untuk menurun, tergantung pada sejumlah faktor seperti kondisi cuaca, ketersediaan pupuk, serta fluktuasi harga tembakau.
Tembakau Masih Jadi Komoditas Andalan Petani Bojonegoro
Keadaan seperti ini menunjukkan bahwa tembakau masih menjadi salah satu komoditas unggulan di sektor pertanian di wilayah Bojonegoro.
Harga yang kompetitif serta hasil panen yang cukup menguntungkan menjadi pendorong utama petani untuk terus mempertahankan bahkan memperluas lahan tembakau mereka.
Jika tren positif ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin Bojonegoro akan kembali mencatat peningkatan signifikan dalam sektor produksi tembakau pada tahun-tahun mendatang.***