UMKMJATIM.COM – Harga sembako di Jawa Timur mengalami fluktuasi yang cukup signifikan pada hari ini. Berdasarkan data dari Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo), beberapa bahan pokok menunjukkan perubahan harga yang cukup mencolok. Telur ayam kampung tercatat mengalami kenaikan harga sebesar Rp 1.227 atau 2,68 persen, sedangkan daging ayam ras mengalami penurunan harga yang cukup tajam, yakni sebesar Rp 3.175 atau 8,53 persen.
Berikut adalah daftar harga sembako yang tercatat pada 2 Desember 2024:
- Beras Premium: Rp 14.155/kg
- Beras Medium: Rp 12.148/kg
- Gula Kristal Putih: Rp 16.542/kg
- Minyak Goreng Curah: Rp 17.874/kg
- Minyak Goreng Kemasan Premium: Rp 19.139/liter
- Minyak Goreng Kemasan Sederhana: Rp 16.816/liter
- Minyak Goreng Minyakita: Rp 16.171/liter
- Daging Sapi Paha Belakang: Rp 118.057/kg
- Daging Ayam Ras: Rp 34.030/kg
- Daging Ayam Kampung: Rp 65.505/kg
- Telur Ayam Ras: Rp 25.288/kg
- Telur Ayam Kampung: Rp 65.809/kg
- Susu Kental Manis (Bendera & Indomilk): Rp 12.372/370 gr
- Susu Bubuk (Bendera & Indomilk): Rp 40.548/400 gr
- Garam Bata: Rp 1.444
- Garam Halus: Rp 9.370/kg
- Cabai Merah Keriting: Rp 17.526/kg
- Cabai Merah Besar: Rp 20.321/kg
- Cabai Rawit Merah: Rp 23.893/kg
- Bawang Merah: Rp 35.520/kg
- Bawang Putih: Rp 36.517/kg
- Gas Elpiji: Rp 18.371
Mengomentari fluktuasi harga sembako, salah satu pedagang pasar tradisional di Surabaya, Bapak Edi (45), menjelaskan, “Harga sembako itu memang sering naik turun setiap harinya. Kadang karena cuaca, kadang juga karena pasokan dari luar daerah yang terlambat. Hari ini telur ayam kampung naik sedikit, sedangkan ayam ras justru turun.” Ia menambahkan, “Masyarakat sudah mulai terbiasa dengan perubahan harga yang sering terjadi, tapi tentu saja ini mempengaruhi pengeluaran sehari-hari.”
Fluktuasi harga sembako ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Di antaranya adalah permintaan dan penawaran, cuaca ekstrem, kebijakan pemerintah, serta masalah rantai distribusi. Menurut pakar ekonomi Universitas Airlangga, Dr. Andi Setiawan, “Ketika permintaan tinggi dan pasokan terbatas, harga pasti naik. Begitu juga sebaliknya, bila ada lebih banyak pasokan dari daerah lain atau impor, harga bisa turun.”
Selain itu, cuaca ekstrem yang menyebabkan kerusakan pada hasil pertanian juga berpotensi menyebabkan kenaikan harga. Badai atau musim kemarau panjang, misalnya, dapat mengganggu produksi cabai, bawang merah, dan bahan pokok lainnya, yang pada gilirannya memengaruhi harga jual di pasar.
Namun, faktor lain yang tidak kalah penting adalah kebijakan pemerintah, seperti subsidi atau pajak impor, yang dapat memengaruhi stabilitas harga sembako. Kebijakan pengendalian harga atau pembatasan impor juga bisa berpengaruh langsung terhadap fluktuasi harga sembako di pasar.
Dalam situasi ekonomi yang tidak stabil atau inflasi tinggi, harga sembako bisa mengalami lonjakan harga yang tajam, memperburuk beban belanja masyarakat. “Harga sembako bisa sangat terpengaruh oleh kondisi ekonomi, seperti inflasi atau nilai tukar mata uang. Misalnya, jika rupiah melemah, harga bahan pokok impor bisa semakin mahal,” ungkap Dr. Andi Setiawan.
Selain faktor-faktor tersebut, masalah distribusi seperti kemacetan, pemogokan, atau gangguan lainnya juga berperan dalam fluktuasi harga. Jika pengiriman terhambat, pasokan barang menjadi terbatas dan harga bisa melonjak.
Meskipun harga sembako sering kali berubah, masyarakat diharapkan tetap waspada dan memantau perkembangan harga agar dapat mengatur pengeluaran mereka dengan lebih efisien. Pemerintah pun perlu terus melakukan pengawasan dan kebijakan yang tepat untuk menjaga stabilitas harga sembako agar tidak memberatkan konsumen.
Kedepannya, dengan adanya pemantauan yang lebih ketat serta kebijakan yang lebih terarah, diharapkan harga sembako dapat tetap stabil dan terjangkau bagi masyarakat luas.