UMKMJATIM.COM – Menjelang bulan Ramadan, harga gula merah atau gula aren di Pasar Jangara, Desa Paberasan, mengalami penurunan yang cukup signifikan.
Penurunan harga ini bukan tanpa alasan, melainkan berkaitan erat dengan penurunan kualitas gula aren yang dihasilkan para produsen lokal.
Gula aren lokal dari kawasan Legung dan sekitarnya dikenal memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan gula aren yang diproduksi di luar Pulau Madura.
Kelebihan ini terletak pada bahan bakunya yang murni tanpa campuran bahan lain, sehingga memberikan cita rasa dan warna yang khas.
Atmina, seorang pedagang gula merah di Pasar Jangara, menjelaskan bahwa kemurnian bahan inilah yang membuat gula aren dari Legung menjadi ikon dan sangat diminati oleh masyarakat luas.
Menurut Atmina, musim hujan menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi kualitas gula aren tahun ini.
Ia menuturkan bahwa selama musim hujan, air nira aren yang menjadi bahan baku utama pembuatan gula cenderung mengalami penurunan kualitas.
Warna air nira menjadi lebih keruh dan tidak sejernih biasanya, sehingga berdampak pada hasil akhir produk gula aren.
Sebelumnya, gula aren asli dari Legung dan sekitarnya biasanya dijual dengan harga berkisar antara Rp 24.000 hingga Rp 25.000 per kilogram.
Namun, saat ini harga di Pasar Jangara, yang dikenal sebagai pusat dan gudang gula merah di daerah tersebut, hanya berada di kisaran Rp 20.000 hingga Rp 22.000 per kilogram.
Penurunan harga ini tidak hanya mempengaruhi pendapatan para produsen dan pedagang, tetapi juga memberikan kesempatan bagi konsumen untuk mendapatkan gula aren dengan harga lebih terjangkau.
Meski harganya turun, kualitas yang tidak sebaik biasanya membuat sebagian konsumen lebih selektif dalam memilih produk gula aren.
Penurunan kualitas ini terlihat dari warna dan tekstur gula yang dihasilkan.
Gula aren yang biasanya memiliki warna cokelat yang pekat dan cerah, kini terlihat lebih pucat dan kurang menarik.
Selain itu, teksturnya pun tidak sepadat biasanya, yang dapat memengaruhi cita rasa saat digunakan sebagai bahan tambahan dalam masakan atau minuman.
Para produsen gula aren di Legung tetap berupaya menjaga kualitas produk mereka, meski dihadapkan pada tantangan cuaca.
Beberapa di antaranya mencoba berbagai cara untuk meningkatkan kejernihan air nira, seperti dengan penyaringan tambahan atau pengolahan yang lebih teliti.
Namun, faktor cuaca yang tidak menentu tetap menjadi kendala utama yang sulit diatasi dalam jangka pendek.
Sementara itu, penurunan harga gula aren ini disambut beragam oleh masyarakat.
Bagi sebagian besar konsumen, terutama mereka yang akan mempersiapkan kebutuhan untuk Ramadan, harga yang lebih rendah tentu memberikan keuntungan tersendiri.
Gula aren sering digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan berbagai hidangan khas Ramadan, seperti kolak, es campur, dan aneka kue tradisional.
Di sisi lain, para pedagang dan produsen berharap kondisi ini tidak berlangsung lama.
Mereka menyadari bahwa menjaga kualitas gula aren adalah kunci untuk mempertahankan kepercayaan konsumen dan memastikan produk lokal Legung tetap menjadi pilihan utama.
Oleh karena itu, mereka berharap cuaca segera membaik sehingga kualitas air nira bisa kembali optimal dan harga gula aren kembali stabil.
Dengan tantangan yang ada, baik produsen maupun pedagang gula aren di Pasar Jangara tetap berusaha memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen.
Mereka tetap menjaga kualitas produk semaksimal mungkin dan menawarkan harga yang bersaing.
Harapannya, ketika kualitas gula aren kembali normal, konsumen tetap setia memilih produk lokal dan mendukung perekonomian daerah.
Secara keseluruhan, kondisi pasar gula aren di Pasar Jangara saat ini mencerminkan dinamika yang wajar dalam dunia perdagangan, terutama untuk produk-produk yang sangat dipengaruhi oleh kondisi alam.
Meski kualitas gula aren mengalami penurunan, kekhasan produk lokal Legung tetap menjadi daya tarik tersendiri bagi para konsumen.***