UMKMJATIM.COM – Komoditi jagung hibrida semakin diminati oleh para petani di Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.
Kelompok Tani (Poktan) di daerah ini, termasuk Poktan Jaya Abadi, cenderung lebih memilih menanam jagung hibrida dibandingkan dengan jagung lokal.
Faktor utama yang mendasari pilihan ini adalah produktivitas tinggi dan kualitas buah yang lebih baik.
Supriadi, Ketua Poktan Jaya Abadi, menjelaskan bahwa mayoritas petani jagung di Kecamatan Bluto telah beralih ke jagung hibrida.
Sekitar 90 persen petani di daerah tersebut kini menanam jagung hibrida, sedangkan hanya sekitar 10 persen yang masih bertahan dengan jagung lokal.
Keunggulan jagung hibrida terletak pada ukuran buahnya yang lebih besar dan kualitasnya yang dinilai cukup baik,
meskipun dari segi harga penjualan di pasaran, jagung hibrida cenderung lebih murah dibandingkan dengan jagung lokal.
Secara produktivitas, jagung hibrida menawarkan hasil yang jauh lebih tinggi.
Jika jagung lokal hanya mampu menghasilkan sekitar 2 ton per hektar, jagung hibrida bisa mencapai 6 ton per hektar.
Perbedaan hasil panen yang signifikan inilah yang membuat petani lebih memilih menanam jagung hibrida.
Dengan hasil yang lebih banyak, petani dapat meningkatkan pendapatan mereka, meskipun harga jualnya sedikit lebih rendah dibandingkan dengan jagung lokal.
Dari segi penampilan, jagung hibrida juga memiliki ciri khas yang membedakannya dengan jagung lokal.
Bentuk buahnya lebih besar, dan kualitasnya dapat langsung dikenali dari tampilannya.
Selain itu, ketahanan jagung hibrida terhadap penyakit dan cuaca juga menjadi nilai tambah yang mempengaruhi keputusan para petani di Kecamatan Bluto.
Dalam upaya meningkatkan nilai jual hasil panen, Poktan di Kecamatan Bluto telah menjalin kerja sama dengan Central Grain Reception (CGR) Kabupaten Sumenep.
Kerja sama ini memungkinkan petani mendapatkan harga yang lebih kompetitif dibandingkan jika mereka menjualnya langsung kepada tengkulak.
Supriadi menyebutkan bahwa pihaknya terus mensosialisasikan keuntungan bekerja sama dengan CGR kepada kelompok tani lainnya.
Melalui kerja sama ini, para petani mendapatkan akses pasar yang lebih luas dan jaminan harga yang lebih stabil.
Terlebih lagi, CGR Sumenep juga telah bermitra dengan PT Pokphand, sebuah perusahaan besar di sektor agribisnis.
Kolaborasi ini diharapkan mampu memberikan keuntungan lebih bagi para petani di Bluto.
Melihat perkembangan teknologi dalam sektor pertanian, Supriadi juga mengungkapkan harapannya agar kelompok tani di Kecamatan Bluto bisa memanfaatkan aplikasi Silang Tani dalam proses penjualan hasil panen.
Dengan menggunakan aplikasi tersebut, transaksi penjualan dapat lebih terkontrol dan transparan, sehingga kesejahteraan petani bisa lebih terjamin.
Aplikasi Silang Tani menawarkan berbagai kemudahan, termasuk akses langsung ke pembeli tanpa melalui perantara.
Hal ini diharapkan mampu meminimalisir praktik permainan harga oleh tengkulak dan memberikan keuntungan yang lebih besar bagi petani.
Selain itu, penggunaan aplikasi digital juga dapat memudahkan petani dalam mencatat hasil panen, mengatur distribusi, hingga memantau harga pasar secara real-time.
Upaya-upaya yang dilakukan oleh Poktan Jaya Abadi dan para petani jagung di Bluto ini sejalan dengan visi pemerintah daerah dalam meningkatkan kesejahteraan petani.
Dengan hasil panen yang melimpah dan akses pasar yang lebih luas melalui kerjasama dengan CGR dan aplikasi Silang Tani, diharapkan pendapatan petani di Bluto bisa terus meningkat.
Selain dari segi ekonomi, penggunaan jagung hibrida juga menunjukkan adaptasi petani terhadap perkembangan sektor pertanian modern.
Dengan teknologi pertanian yang semakin maju, diharapkan para petani di Kecamatan Bluto mampu terus meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertaniannya,
sehingga dapat bersaing di pasar yang lebih luas, baik di tingkat lokal maupun nasional.
Ke depan, langkah-langkah inovatif seperti ini diharapkan tidak hanya diikuti oleh petani jagung, tetapi juga oleh petani komoditas lainnya di Kabupaten Sumenep.
Dengan begitu, kesejahteraan petani secara keseluruhan dapat terus meningkat, sekaligus mendukung ketahanan pangan di tingkat daerah maupun nasional.***