UMKMJATIM.COM – Musim panen raya padi di Kabupaten Jember, Jawa Timur, tengah berlangsung dengan hasil yang secara umum memuaskan bagi para petani.
Meskipun sempat diterpa angin kencang yang menyebabkan sejumlah tanaman padi roboh, kualitas hasil panen tetap tergolong bagus.
Di Desa Karang Duren, Kecamatan Balung, salah satu wilayah sentra pertanian di Jember, para petani mengaku puas dengan hasil panen tahun ini.
Seorang warga setempat, Wiwit, mengungkapkan bahwa meski gangguan cuaca terjadi menjelang masa panen—tepatnya saat usia tanaman mencapai sekitar 90 hari—namun produksi padi tetap melimpah dan layak jual.
Ia menjelaskan bahwa tanaman padi sempat roboh akibat terjangan angin, tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap mutu hasil panen.
Para petani di Jember, menurut pengamatan di lapangan, menanam berbagai varietas unggulan seperti Padi 32, Padi 49, dan Logawa.
Ketiga jenis varietas tersebut dikenal memiliki ketahanan terhadap hama serta produktivitas tinggi, yang menjadikan hasil panen kali ini tetap bagus walau cuaca sempat tidak bersahabat.
Namun demikian, kendala yang dihadapi petani tidak berhenti pada aspek produksi saja.
Salah satu persoalan utama yang mencuat saat panen raya adalah harga jual gabah yang masih belum sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
Petani setempat memberikan laporan bahwa harga gabah yang dibeli oleh tengkulak sebesar Rp 6.000 per kilogram, padahal seharusnya, harga minimum berada di angka Rp 6.500 per kilogram.
Ketidaksesuaian harga ini membuat sebagian petani merasa rugi, terutama karena biaya produksi yang cukup tinggi selama masa tanam.
Para petani mengharapkan agar pemerintah daerah maupun pusat bisa lebih memperhatikan persoalan distribusi hasil panen ini serta adanya pengawasan harga jual di lapangan, agar kesejahteraan petani bisa tetap terjamin.
Pengamat pertanian lokal juga menyoroti pentingnya peran Bulog dalam menjaga kestabilan harga gabah selama musim panen raya.
Keterlibatan aktif lembaga ini dinilai bisa meminimalisir permainan harga oleh tengkulak dan melindungi petani dari potensi kerugian.
Di sisi lain, keberhasilan petani Jember dalam menjaga kualitas hasil panen meskipun menghadapi kondisi cuaca ekstrem patut diapresiasi.
Hal ini menunjukkan bahwa adaptasi terhadap perubahan iklim dan penerapan teknologi pertanian yang lebih baik mulai diterapkan secara perlahan oleh petani di daerah ini.
Dengan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan lembaga penyangga hasil pertanian,
panen raya di Kabupaten Jember diharapkan tidak hanya menjadi momentum keberhasilan produksi,
tetapi juga menjadi momen peningkatan kesejahteraan bagi para petani yang telah bekerja keras menjaga ketahanan pangan daerah.***