UMKMJATIM.COM – Harga cabai rawit di Kabupaten Kediri tengah mengalami penurunan tajam, bahkan menyentuh angka setengah dari harga normal.
Cabai rawit prentol atau tumi 99 menjadi salah satu varietas yang ikut terdampak, yang kini dijual dengan harga antara Rp12.000 per kilogram.
Padahal, menurut perhitungan Break Even Point (BEP) petani, harga ideal untuk menutupi biaya produksi seharusnya berkisar di angka Rp24.000 per kilogram.
Fenomena penurunan harga ini disoroti oleh Wawan, seorang pedagang cabai di Pasar Induk Pare, Kabupaten Kediri.
Fluktuasi harga cabai sangat dipengaruhi oleh jumlah pasokan yang masuk ke pasar serta volume pengiriman cabai ke luar daerah.
Menurutnya, harga bisa berubah sewaktu-waktu tergantung kondisi permintaan dan ketersediaan barang di pasar.
Wawan juga merinci harga rata-rata untuk beberapa jenis cabai yang beredar di pasaran.
Untuk cabai ori, harga stabil biasanya berada di kisaran Rp21.000 hingga Rp22.000 per kilogram.
Sementara itu, jenis asmoro tidar yang berkualitas baik dijual seharga Rp18.000 hingga Rp20.000.
Cabai merah besar dengan kualitas terbaik dipasarkan sekitar Rp20.000 hingga Rp21.000, sedangkan cabai keriting berkualitas bagus mencapai harga Rp25.000 per kilogram.
Di sisi lain, kondisi di lapangan juga diperkuat oleh pernyataan Bagus Ananto, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Marsudi Tani dari Desa Brenggolo, Kecamatan Plosoklaten, yang merupakan salah satu sentra utama tanaman cabai di Kediri.
Bagus menyampaikan bahwa saat ini masa tanam cabai di wilayahnya telah berakhir.
Para petani di desa tersebut telah mengganti tanaman cabai dengan komoditas lain seperti padi dan jagung.
Ia juga menjelaskan bahwa proses tanam cabai baru kemungkinan besar akan dimulai kembali pada bulan Juni hingga Juli yang akan datang.
Untuk saat ini, harga jual cabai di tingkat petani berkisar antara Rp12.000 sampai Rp13.000 per kilogram.
Bukan hanya itu, Wawan juga menambahkan bahwa pasokan cabai yang masuk ke Pasar Induk Pare sebagian besar berasal dari area Malang, Blitar, dan juga Kediri sendiri.
Ia memprediksi bahwa menjelang Hari Raya Idul Adha 1446 H, sekitar lima hari sebelumnya, harga cabai berpotensi mengalami kenaikan, terutama untuk pengiriman antar provinsi seperti ke wilayah Jabodetabek.
Namun, ia juga mencatat bahwa tahun ini daya beli masyarakat diprediksi menurun. Hal ini karena Hari Raya Idul Adha bertepatan dengan momen masuk tahun ajaran baru sekolah,
yang membuat pengeluaran rumah tangga meningkat di luar kebutuhan konsumsi pangan.
Kondisi ini berpotensi menyebabkan terjadinya penumpukan pasokan cabai, karena permintaan pasar tidak sebanding dengan ketersediaan barang.
Ditambah lagi, serapan industri yang berkurang akibat libur panjang dapat memperparah situasi.
Sebagai pelaku usaha, Wawan berharap agar harga cabai tidak terus menurun dan bisa kembali stabil.
Ia menyampaikan bahwa baik pedagang maupun petani sangat berharap harga cabai tidak anjlok hingga di bawah Rp20.000 per kilogram.
Stabilitas harga dinilai sangat penting untuk menjaga keberlanjutan usaha petani dan kelancaran distribusi cabai di pasar lokal maupun luar daerah.***