UMKMJATIM.COM – Meski perekonomian global masih berada dalam kondisi stagnan hingga April 2025, kinerja ekonomi Jawa Timur menunjukkan tren yang positif.
Provinsi ini berhasil mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,00% secara tahunan (year-on-year/yoy), angka yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional yang tercatat sebesar 4,87% (yoy).
Kepala Perwakilan Kementerian Keuangan Provinsi Jawa Timur, Dudung Rudi Hendratna, menyampaikan bahwa kontribusi ekonomi Jawa Timur terhadap ekonomi regional masih sangat signifikan.
Total ekonomi Pulau Jawa disumbangkan wilayah Jawa Timur yang tercatat sebesar 25,11%, menjadikannya sebagai provinsi dengan kontribusi terbesar kedua setelah DKI Jakarta.
Di tingkat nasional, Jawa Timur memberikan andil sebesar 14,42% terhadap PDB Indonesia, memperkuat posisinya sebagai pilar penting dalam struktur ekonomi nasional.
Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur hingga kuartal pertama 2025 tersebut, menurut Dudung, sangat dipengaruhi oleh meningkatnya aktivitas konsumsi rumah tangga, khususnya selama bulan Ramadan serta perayaan keagamaan seperti Imlek, Nyepi, dan Idulfitri.
Lonjakan permintaan barang dan jasa selama momen-momen tersebut secara signifikan mendorong perputaran ekonomi lokal.
Dari sisi penawaran, sektor industri pengolahan menjadi pendorong utama dengan pertumbuhan sebesar 4,13% (yoy).
Sementara itu dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga tumbuh menguat dengan kalkulasi sebesar 5,12% (yoy).
Stabilitas konsumsi domestik ini menjadi indikator penting bahwa daya beli masyarakat tetap terjaga, meskipun menghadapi berbagai tantangan ekonomi global.
Namun, pertumbuhan ekonomi yang positif tersebut juga dibayangi oleh kenaikan inflasi. Dudung menjelaskan bahwa inflasi Jawa Timur pada April 2025 mencapai 1,35% (yoy), naik dibanding bulan sebelumnya.
Peningkatan tersebut terjadi karena efek dari berakhirnya diskon tarif listrik 50% dari PLN, yang sebelumnya menjadi penahan laju inflasi.
Selain itu, momen perayaan Idulfitri turut mendorong kenaikan harga sejumlah komoditas pangan, yang menjadi faktor tambahan dalam tekanan inflasi.
Meski begitu, angka inflasi ini masih tergolong terkendali, dan menunjukkan bahwa kebijakan fiskal serta koordinasi antar-instansi di tingkat provinsi berhasil menjaga stabilitas harga secara umum.
Pemerintah daerah terus mengupayakan agar dampak tekanan harga pangan tidak terlalu membebani masyarakat, melalui program subsidi dan pengendalian distribusi barang pokok.
Ke depan, Jawa Timur diperkirakan masih memiliki ruang pertumbuhan yang kuat.
Sektor industri, pertanian, serta perdagangan dan jasa diharapkan tetap menjadi penggerak utama ekonomi daerah.
Selain itu, kontribusi konsumsi rumah tangga yang stabil serta program pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan akan menjadi motor penggerak tambahan.
Dengan kombinasi pertumbuhan yang inklusif dan pengendalian inflasi yang efektif, Jawa Timur menunjukkan ketangguhan dalam menghadapi dinamika ekonomi global.
Hal ini menjadi modal penting dalam menjaga momentum pertumbuhan yang berkelanjutan di masa mendatang.***