UMKMJATIM.COM – Pemerintah Kota Kediri kembali menunjukkan kepeduliannya terhadap masyarakat kurang mampu dengan merealisasikan program Bantuan Sosial Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) tahun 2025.
Program ini secara resmi diserahkan oleh Wali Kota Kediri, Vinanda Prameswati atau yang akrab disapa Mbak Vinanda, pada Selasa (10/6/2025).
Dalam kesempatan tersebut, ia turut meninjau langsung kondisi beberapa rumah yang akan menerima bantuan.
Ada 161 rumah warga di Kota Kediri ditetapkan sebagai penerima bantuan RTLH untuk tahun ini.
Setiap penerima akan mendapatkan bantuan sebesar Rp20 juta yang digunakan untuk memperbaiki rumah agar lebih layak dan nyaman dihuni.
Pada kunjungannya, Mbak Vinanda melihat langsung tiga rumah penerima bantuan, yang masing-masing dua rumah berada di Kelurahan Tosaren dan satu rumah lain di Kelurahan Semampir.
Selain itu, beliau juga memberikan bingkisan sembako kepada penerima manfaat sebagai bentuk perhatian tambahan.
Menurut penjelasannya, bantuan ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat, terutama mereka yang masih tinggal di rumah dengan kondisi yang jauh dari standar kelayakan.
Ia menggambarkan bahwa beberapa rumah penerima bahkan tidak memiliki atap, kamar mandi, atau lantai yang layak.
Kondisi tersebut dinilai sangat memprihatinkan dan perlu segera ditangani agar warga memiliki tempat tinggal yang aman dan sehat.
Mbak Vinanda juga menekankan pentingnya pengawasan dalam proses penyaluran bantuan sosial ini.
Ia mengingatkan kepada seluruh aparat kelurahan, kecamatan, serta Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPKP) agar memastikan tidak ada potongan atau penyimpangan dalam distribusi dana bantuan.
Dalam minggu ini, setidaknya 100 rumah akan segera memulai proses renovasi sebagai bagian dari tahapan pertama program RTLH.
Kepala DPKP Kota Kediri, Hery Purnomo, menambahkan bahwa pencairan dana bantuan dilakukan secara langsung kepada penerima dan akan didampingi oleh tenaga pendamping RTLH di setiap kelurahan.
Proses renovasi akan melibatkan tukang dari lingkungan sekitar, serta pembelian material juga akan dilakukan dari toko bangunan lokal di Kota Kediri.
Langkah ini diambil untuk menjaga perputaran ekonomi tetap terjadi di dalam kota.
Hery juga merinci bahwa Kecamatan Pesantren menjadi wilayah dengan jumlah penerima terbanyak, yaitu 73 rumah, di mana 23 di antaranya berada di Kelurahan Tempurejo.
Program ini selaras dengan upaya Pemkot Kediri dalam pengentasan kawasan kumuh.
Sementara itu, proses renovasi akan mempertimbangkan aspek sosial budaya masyarakat.
Ia menyebut bahwa jika ada penerima yang memilih menunda pembangunan karena memasuki bulan Suro—bulan yang dalam budaya Jawa dianggap kurang baik untuk membangun rumah—maka pencairan dana akan menyesuaikan waktu yang ditentukan oleh penerima.
Salah satu penerima bantuan, Sri Ani, warga Kelurahan Tosaren berusia 73 tahun, menyampaikan rasa syukurnya atas bantuan ini.
Ia mengaku senang karena bagian atap dan peninggian rumahnya akan segera diperbaiki.
Ia tinggal bersama cucunya dan sangat membutuhkan bantuan tersebut.
Dalam kunjungan tersebut, Mbak Vinanda juga meninjau rumah Widodo di Tosaren dan rumah Siti Alpin di Semampir.
Keduanya juga akan mendapat perbaikan signifikan seperti atap, dinding, dan fasilitas pendukung lainnya.
Turut hadir mendampingi dalam kegiatan tersebut Camat Pesantren Widiantoro, Camat Kota Bagus Hermawan, Lurah Tosaren Joko Prayitno, Lurah Semampir Rizky Yudadiantika, serta para pendamping RTLH dan pejabat terkait lainnya.***