UMKMJATIM.COM – Usaha peternakan bebek di Kabupaten Sumenep tengah menunjukkan perkembangan positif.
Di tengah kondisi fluktuatif harga kebutuhan pokok, beternak bebek justru dinilai mampu memberikan peluang keuntungan yang lebih besar.
Peningkatan permintaan terhadap produk turunan seperti telur asin dan daging bebek, baik di pasar tradisional maupun melalui penjualan daring, menjadi indikator kuat pertumbuhan sektor ini.
Tidak hanya telur, daging bebek pun kini mulai mendapat tempat istimewa di hati konsumen.
Restoran lokal dan pelaku usaha kuliner seperti warung bebek goreng hingga rica-rica bebek, semakin rutin menyerap pasokan dari peternak lokal.
Perubahan pola konsumsi masyarakat yang kini lebih terbuka terhadap variasi menu berbahan dasar bebek turut memicu peningkatan permintaan tersebut.
Menurut sejumlah pengamat agribisnis lokal, peternakan bebek memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan jenis ternak lainnya.
Bebek umumnya lebih tahan terhadap perubahan cuaca dan juga penyakit, sehingga risiko usaha menjadi lebih rendah.
Selain itu, siklus produksinya relatif cepat dan biaya pemeliharaan yang lebih terjangkau membuat bebek menjadi pilihan rasional bagi peternak pemula.
Dibanding dengan ayam, harga jual bebek cenderung lebih stabil dalam jangka waktu yang panjang.
Stabilitas ini menjadi daya tarik tersendiri, terutama bagi masyarakat desa yang mengandalkan sektor peternakan sebagai sumber penghasilan utama.
Selain itu, bebek juga tidak memerlukan pakan khusus yang mahal, cukup dengan pakan lokal yang mudah diakses peternak.
Pemerintah daerah Sumenep pun tidak tinggal diam.
Dengan berbagai program pemberdayaan dan pelatihan, kelompok peternak pemula didorong untuk bisa mengembangkan usaha beternak bebek secara lebih profesional.
Bantuan bibit unggul, pelatihan teknis, serta pendampingan manajemen usaha diberikan untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing.
Program ini sendiri merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk memperkuat ketahanan pangan berbasis lokal.
Dengan memanfaatkan potensi peternakan unggas air seperti bebek, diharapkan desa-desa di Sumenep bisa mandiri secara ekonomi dan lebih resilien terhadap tekanan ekonomi makro.
Beberapa kelompok ternak di wilayah Kecamatan Pragaan dan Rubaru, misalnya, telah membuktikan bahwa beternak bebek bisa menjadi mata pencaharian yang stabil dan berkelanjutan.
Dengan sistem kolaboratif dan pemasaran berbasis komunitas, mereka mampu memenuhi permintaan pasar dalam jumlah besar, tanpa mengorbankan kualitas.
Melihat tren ini, peternakan bebek tidak hanya menjadi solusi untuk peningkatan pendapatan rumah tangga, tapi juga berpotensi besar dalam menciptakan lapangan kerja baru di sektor agribisnis.
Apabila didukung dengan teknologi sederhana dan pelatihan berkelanjutan, usaha beternak bebek di Sumenep dapat menjadi salah satu kekuatan ekonomi desa yang tangguh di masa depan.***